15+ Macam Macam Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi, Lengkap!

Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi –  Pengertian pemimpin adalah Individu atau seseorang yang mempunyai kecakapa atau kelebihan dalam suatu bidang sehingga ia dapat mempengaruhi orang- orang lain dalam suatu organisasi ataupun perusahaan untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan kepemimpinan menurut George R Terry adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.  Kepemimpinan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi. 

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan sendiri yang berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Setiap gaya pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri baik itu untuk organisasi perusahaan ataupun lembaga. Berikut adalah macam macam gaya kepemimpinan.

Macam Macam Gaya Kepemimpinan

macam macam gaya kepemimpinan
preefik.com

Dalam bab ini kita akan membahas gaya-gaya kepemimpinan yang biasa digunakan pimpinan baik itu dalam kepemimpinan organisasi ataupun perusahaan.

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Menurut Sudarwan Danim, Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya karena interaksi kelompok yang dinamis, tujuan organisasi akan tercapai.

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepimpinan dimana anggota organisasi/kelompok diberikan kebebasan dalam mengutarakan pendapat, ide ataupun gagasan. Pemimpin menekankan kesederajatan dan sering melakukan interaksi, konsultasi atau musyawarah dengan bawahan sebelum mengambil keputusan.

Gaya kepemimpinan demokratis adalah salah satu gaya kepemimpinan yang paling disukai karena dapat mendorong kompetensi, kreativitas, kejujuran, kecerdasan dan keberanian berpendapat bawahan- bawahannya.

2. Gaya Kepemimpinan Otokratis atau Otoriter

Gaya Kepemimpinan Otokratis atau Otoriter
Gaya Kepemimpinan Otokratis atau Otoriter | bing.com

Jika gaya kepemimpinan demokratis berpusat pada bawahan atau anak buah, Maka gaya kepemimpinan otokratis adalah sebaliknya.

Gaya kepemimpinan otokrasi adalah gaya yang memusatkan diri pada atasan. seluruh keputusan diambil berdasarkan pertimbangan pemimpin itu sendiri. Sementara bawahan dituntut untuk menjalankan keputusan tersebut baik suka ataupun tidak suka.

Peran bawahan dalam pengambilan keputusan terbatas atau bahkan tidak ada. Atasan akan menentukan lewat komunikasi satu arah, apa yang seharusnya dilakukan, bagaimana caranya, kapan waktunya hingga seperti apa tugas dikerjakan.

Gaya otokratis ditandai dengan banyaknya perintah atau petunjuk yang diberikan atasan. gaya kepemimpinan ini membutuhkan kepatuhan total bawahannya untuk menjalankan prosedur- prosedur yang telah dibuat.

3. Gaya Kepemimpinan Instruktif

Gaya Kepemimpinan Instruktif
Gaya Kepemimpinan Instruktif | bing.com

Gaya kepemimpinan instruktif adalah gaya yang menekankan instruksi atau pengarahan langsung dari atasan pada bawahan (-bawahan baru)Biasanya sifat instruksi atau pengarahan itu sendiri sangat spesifik. Seperti tugas apa yang harus dilakukan, bagaimana hingga kapan harus dilakukan.

Seorang atasan yang menerapkan gaya kepemimpinan instruktif akan memberikan pengawasan lebih kepada bawahan atau anak buah yang baru bekerja. Selain itu kepemimpinan instruktif ini juga memiliki kadar direktif yang relatif tinggi.

Kadar supportifnya juga rendah sehingga dianggap tidak efektif untuk menggali potensi sumber daya manusia dari bawahan. Bahkan gaya kepemimpinan yang satu ini bisa membuat kualitas pegawai lebih rendah.

4. Gaya Kepemimpinan Delegatif

gaya gaya kepemimpinan
briantracy.com

Sesuai dengan namanya, gaya kepemimpinan delegatif adalah gaya kepemimpinan yang dipenuhi dengan tindakan atasan yang lebih banyak menyerahkan keputusan kepada bawahan. Biasanya atasan juga sangat jarang memberi arahan kepada anak buah.

Tujuan gaya kepemimpinan delegatif ini adalah untuk melatih anak buah dalam menyelesaikan persoalannya sendiri dalam sebuah organisasi hingga perusahaan tanpa harus melibatkan peran atasan lebih banyak.

Banyak atasan menggunakan gaya kepemimpinan yag satu ini tidak hanya dalam rangka membuat operasional perusahaan berjalan dengan baik. Namun banyak atasan mempertimbangkan untuk menggunakan gaya kepemimpinan delegatif ini dalam rangka memaksimal potensi bawahan.

Dalam gaya kepemimpinan delegatif, bawahan lebih banyak dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik saat bekerja, mengajukan ide-ide kreatif hingga motivasi tinggi.

5. Gaya Kepemimpinan Birokratis

 

Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya memimpin yang mengacu pada peraturan. Tanda-tanda yang paling mudah dikenali dari seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan birokratis adalah perilaku taat prosedur.

Ketaatan ini tidak hanya berlaku untuk dirinya sebagai atasan namun juga untuk bawahan yang berada dalam kepemimpinannya. Selain taat prosedur, atasan dengan gaya kepemimpinan birokratis ini juga lebih banyak mengambil keputusan sesuai prosedur, lebih kaku dan tidak fleksibel.

Karakteristik yang dapat dikenali dapat gaya kepemimpinan birokratif adalah adanya keputusan yang berpusat pada atasan. Biasanya semua keputusan yang dibuat dan berkaitan dengan pekerjaan akan ditentukan oleh atasan.

Sementara bawahan menjadi pihak yang wajib menjalankannya. Atasan juga menjadi penentu standar bawahan untuk melaksanakan tugas. Atasan juga akan memberikan sanksi yang jelas jika bawahan tidak memiliki kinerja sesuai prosedur standar kerja yang berlaku.

6. Model Kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepemimpinan partisipatif sebetulnya adalah nama lain dari gaya kepemimpinan demokratis. gaya partisipatif menuntut peran aktif atau partisipasi bawahan  dalam mengambil keputusan. Karena itu setiap kali keputusan diambil, atasan tidak akan mengambil keputusan secara sepihak tanpa harus berdiskusi lebih dulu dengan bawahan.

Mengingat pentingnya peran bawahan atau anggota dalam kepemimpinan partisipatif, perwujudan kepemimpinan ini membuat atasan harus lebih proaktif. Mendekati bawahan dan memastikan langsung mengenai tanggapan karyawan terhadap keputusan yang diambilnya.

7. Gaya Kepemimpinan Konsultatif

Dalam beberapa pembahasan, gaya kepemimpinan konsultatif ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari gaya kepemimpinan partisipatif. Pasalnya gaya kepemimpinan partisipatif  menghendaki adanya peran aktif dari bawahan untuk mendukung atasan.

Keterlibatan bawahan dalam hal ini anak buah sangat besar dalam proses pengambilan keputusan hingga apapun yang ditentukan oleh atasan. Namun penerapan gaya kepemimpinan konsultatif ini lebih kepada atasan yang meminta pendapat bawahan atas keputusan yang akan diambil.

Jika dalam gaya kepemimpinan demokratis peran bawahan menjadi sangat penting karena memiliki derajat yang sama besarnya dengan atasan dalam mengambil keputusan. Sementara dalam gaya kepemimpinan konsultatif ini, peran bawahan juga tetap cukup besar, namun sifatnya hanya menjadi konsultan bagi atasan.

Dengan kata lain, atasan akan selalu berkonsultasi atau berdiskusi dengan bawahan namun hak mutlak pengambilan keputusan masih ada di tangannya.

8. Gaya Kepemimpinan Situasional

Gaya kepemimpinan situasional adalah gaya yang memimpin yang menggunakan berbagai macam gaya kepemimpinan berbeda-beda (demokratis, otoriter, delegatif dll) yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan dari bawahan atau pegawai dan kondisi yang ada.

Seorang atasan yang menerapkan gaya kepemimpinan situasional ini cenderung menyadari jika tidak ada acuan baku gaya kepemimpinan terbaik. Atasan yang sukses cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang fleksibel.

Meski cenderung berubah-ubah sesuai dengan kondisi anggota atau anak buah, namun biasanya atasan dengan gaya kepemimpinan situasional memiliki beberapa karakter yang dapat dibaca. Setidaknya ada beberapa karakter atau gaya yang selalu dilakukan seorang atasan yang mengadopsi kepemimpinan situasional.

Diantaranya telling directing atau lebih banyak memberitahu, menunjukkan dan memimpin juga menetapkan. Selain itu atasan juga akan lebih banyak selling coaching atau menjual, menjelaskan sekaligus memperjelas dan membujuk.

Participating supporting atau mengikutsertakan hingga memberi semangat dan bekerja sama. Dan juga delegating atau memberikan delegasi, mengawasi sekaligus menyelesaikan.

 

9. Gaya Kepemimpinan Paternalistik

Gaya kepemimpinan paternalistik adalah pendekatan di mana seorang pemimpin mengambil peran seorang “ayah” atau figur otoriter yang peduli terhadap kebutuhan bawahan sambil mengatur serta mengarahkan mereka. Pemimpin dalam gaya ini cenderung memiliki kendali penuh atas pengambilan keputusan, namun seringkali mereka juga memperhatikan kebutuhan personal dan kesejahteraan bawahan. Ada hubungan yang kuat antara pemimpin dan pengikut, di mana pemimpin diharapkan memberikan bimbingan dan perlindungan, seperti hubungan antara seorang ayah dan anak.

 

10. Gaya Kepemimpinan Egaliter

Gaya kepemimpinan egaliter adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada kesetaraan, keterlibatan, dan kerjasama antara pemimpin dan anggota organisasi. Pemimpin egaliter adalah pemimpin yang rendah hati, tidak menempatkan diri sebagai elit, dan memosisikan diri sebagai bagian dari organisasi.

Pemimpin egaliter juga memberi kesempatan kepada setiap orang untuk mengeluarkan pendapat dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Pemimpin egaliter meyakini bahwa semua manusia memiliki hak yang sama dan tidak ada perbedaan besar antara orang yang satu dengan yang lain.

 

11. Gaya Kepemimpinan Transformatif

Gaya kepemimpinan transformatif adalah pendekatan di mana seorang pemimpin berusaha untuk menginspirasi, memotivasi, dan mengubah bawahan serta organisasi secara keseluruhan. Pemimpin transformatif mendorong inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan pribadi bawahan dengan memberikan model yang inspiratif dan visi yang jelas. Mereka juga fokus pada pengembangan hubungan yang kuat dan memberdayakan bawahan untuk mencapai potensi terbaik mereka. Pemimpin transformatif memiliki kemampuan untuk mengubah budaya organisasi dan menciptakan perubahan yang positif dengan memotivasi orang-orang untuk bekerja menuju tujuan bersama.

 

12. Gaya Kepemimpinan Autocratic

Gaya kepemimpinan autokratik adalah pendekatan di mana seorang pemimpin mengambil keputusan secara mandiri tanpa banyak melibatkan bawahan atau anggota tim. Pemimpin autokratik memegang kontrol penuh atas pengambilan keputusan, menentukan langkah-langkah yang harus diambil, dan memberikan instruksi kepada bawahan tanpa banyak ruang untuk partisipasi atau kontribusi dari mereka. Biasanya, komunikasi dalam gaya kepemimpinan ini bersifat top-down, dengan pemimpin memberikan arahan yang jelas dan ekspektasi yang harus dipatuhi oleh bawahan. Keuntungan dari gaya ini adalah keputusan cepat, namun seringkali kurangnya partisipasi bawahan dapat mengurangi motivasi dan kreativitas di antara anggota tim.

 

13. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya kepemimpinan laissez-faire adalah pendekatan di mana seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada anggota tim atau bawahan untuk mengambil keputusan dan mengelola tugas mereka sendiri. Dalam gaya ini, pemimpin cenderung memberikan sedikit atau bahkan tidak ada pengawasan atau arahan langsung, dan memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anggota tim untuk menjalankan pekerjaan mereka sesuai dengan keahlian dan pengetahuan masing-masing. Pemimpin dalam gaya ini lebih bersifat sebagai sumber daya atau dukungan ketimbang mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan. Meskipun memberikan kebebasan kepada bawahan dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi, kurangnya pengawasan dapat mengakibatkan kurangnya koordinasi, fokus, dan akuntabilitas dalam tim.

 

14. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Gaya kepemimpinan kharismatik adalah gaya kepemimpinan yang didasarkan pada pesona dan daya tarik pribadi seorang pemimpin. Pemimpin kharismatik mampu mempengaruhi dan menginspirasi orang lain melalui visi yang kuat, kemampuan berkomunikasi yang efektif, dan kemampuan untuk membangkitkan emosi positif dan antusiasme pada bawahan atau pengikutnya.

Beberapa kelebihan gaya kepemimpinan kharismatik adalah:

  • Meningkatkan motivasi, loyalitas, dan kinerja tim.
    Mendorong kreativitas, inovasi, dan fleksibilitas dalam menyelesaikan masalah.
  • Membangun kohesi, kepercayaan, dan rasa hormat antara pemimpin dan anggota tim.
  • Menciptakan perubahan positif dan transformasional dalam organisasi.

Beberapa kekurangan gaya kepemimpinan kharismatik adalah:

  • Berpotensi menimbulkan ketergantungan dan ketidakmandirian pada anggota tim.
  • Berisiko menimbulkan konflik, persaingan, dan ketidakpuasan jika visi pemimpin tidak sesuai dengan harapan atau kepentingan anggota tim.
  • Berpotensi menimbulkan kesewenang-wenangan, penyalahgunaan kekuasaan, atau korupsi jika pemimpin tidak memiliki integritas, etika, atau kontrol diri yang baik.
  • Berpotensi menimbulkan krisis atau kegagalan jika pemimpin tidak mampu menghadapi tantangan, tekanan, atau perubahan situasi.

 

15. Gaya Kepemimpinan Servant Leadership

Gaya kepemimpinan pelayanan (servant leadership) adalah pendekatan di mana seorang pemimpin memfokuskan diri pada pelayanan terhadap bawahan dan memprioritaskan kebutuhan mereka. Pemimpin dalam gaya ini berupaya untuk membantu, memperhatikan, dan memajukan kepentingan bawahan sebelum kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka memusatkan perhatian pada pertumbuhan pribadi, kesejahteraan, dan pengembangan potensi bawahan, dengan tujuan membangun lingkungan kerja yang inklusif, kolaboratif, dan memotivasi. Servant leadership menekankan empati, penghargaan terhadap individu, kepercayaan, dan pembinaan hubungan yang kuat antara pemimpin dan bawahan. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan di mana bawahan dapat tumbuh dan berkinerja secara optimal.


Demikian artikel singkat mengenai penjelasan dari gaya kepemimpinan baik itu otoriter demokratis definisi pengertian dari gaya kepemimpinan beserta dengan jenis model dan macam macam gaya kepemimpinan yang ada dalam organisasi atau perusahaan.

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *