Biografi Soekarno Singkat – Siapa yang tak kenal dengan nama Soekarno? Seorang tokoh nasionalis yang akan terus menempati hati setiap penduduk Indonesia.
Berkat jasa dan perjuangannya bersama pejuang lain, bangsa Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno merupakan seorang pribadi karismatik yang dapat membuat banyak orang kagum padanya, bahkan hingga saat ini. Kisah perjalanan hidup mulai dari kecil hingga masa perjuangan dan masa akhir hidupnya, masih sering dicari orang.
Daftar Isi Artikel
BIODATA PRESIDEN SOEKARNO
DATA | KETERANGAN |
Nama Lengkap | Soekarno |
Tempat Tanggal Lahir | Surabaya, 6 Juni 1901 |
Agama | Islam |
Ayah | Raden Soekemi Sosrodihardjo |
Ibu | Ida Ayu Nyoman Rai |
Istri | Ratna Sari Dewi, Hartini, Fatmawati, Inggit Ganarsih dll. (9 Istri) |
Anak | Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, Guruh, Taufan, Bayu, Kartika Sari Dewi, Ayu Gembirowati, Totok Suryawan dan 2 anak Angkat (Ratna Juami & Kartika) |
Pendidikan | Technische Hoogeschool te Bandoeng (1921–1926), Institut Teknologi Bandung |
Wafat | 21 Juni 1970 di Jakarta |
Dimakamkan di | Blitar |
Kelahiran dan Keluarga Soekarno
Soekarno terlahir dari keluarga yang dekat dengan dunia pendidikan. Ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo adalah seorang guru pada masa Belanda. Sedangkan, ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang berasal dari Bali dan merupakan turunan bangsawan.
Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901. Di sebuah rumah daerah Kampung Pandean, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya. Rumah itu hingga kini masih berdiri utuh dan menjadi kawasan cagar budaya kota Surabaya.
Soekarno memiliki seorang saudari yang bernama Sukarmini. Keduanya dididik dengan konsep spiritual Hindu yang menjadi kepercayaan ibunya.
Soekarno memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga lain, karena sempat tinggal dalam lingkungan keluarga kakeknya di Tulung Agung.
Kehidupan Masa Kecil Soekarno
Dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, R. Soekemi sering berpindah tempat ke kota lain. Masa Soekarno kecil sempat ditinggalkan bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung. Ini disebabkan karena ayahnya harus pindah tugas ke Blitar.
Namun, pada saat pindah ke Mojokerto, Soekarno kecil ikut serta dan memulai masa pendidikan di Eerste Indlandse School. Itu merupakan tempat ayahnya juga mengajar.
Namun, pada tahun 1911, Soekarno pindah sekolah ke Europeesche Lagere School (ELS) yang setingkat dengan sekolah dasar.
Alasan pemindahan ini karena orang tuanya ingin Soekarno bisa sekolah di Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Dan benarlah, akhirnya pada tahun 1915 Soekarno bisa masuk sekolah itu dan tinggal bersama sahabat R. Soekemi, Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Kehidupan Masa Remaja Soekarno
Soekarno telah menunjukkan kecerdasan serta sikap yang pemberani. Pola pikir yang kritis dan jiwa sosial yang tinggi telah menjadikan masa remajanya banyak memiliki pergaulan yang luas.
Semasa hidup bersama H.O.S Cokroaminoto, Soekarno tinggal juga bersama beberapa teman lain yang juga sama-sama mencari ilmu. Di antaranya adalah Muso, Alimin, Darsono, Semaun, dan Kartosuwiryo.
Di kemudian hari, mereka menjadi orang-orang yang berada di sisi berlawanan dengan Soekarno. Muso, Alimin, Darsono dan Semaun dikenal sebagai tokoh penganut paham komunis dan melakukan pemberontakan di Madiun.
Sedangkan, Kertosowiryo mendirikan Darul Islam dan melakukan pemberontakan pada masa pemerintahan Soekarno. Hingga akhirnya, Soekarno pun harus turut memberikan keputusan untuk memberi hukuman mati pada sahabatnya ini.
Soekarno memiliki banyak kesempatan untuk mengenal banyak tokoh nasional sejak tinggal di kediaman H.O.S Tjokroaminoto.
Sikap nasionalismenya juga semakin besar dengan banyak berinteraksi dengan para tokoh pendidikan saat itu. Di antaranya adalah Haji Agus Salim (pendiri Sarekat Islam) dan Abdul Muis.
Pendidikan Soekarno
Setelah lulus dari Hogere Burger School (HBS) pada tahun 1921, Soekarno masuk ke Technische Hoogeschool (THS) yang menjadi cikal bakal berdirinya Institut Teknologi Bandung (ITB). Dari sekolah ini, beliau mendapat gelar Insinyur pada tanggal 25 Mei 1926.
Di Bandung, Soekarno tinggal di rumah Haji Sanusi. Dan disini pulalah, beliau mulai akrab dengan para tokoh pemuda seperti Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.
Karir dan Perjalanan Hidup Soekarno
Awal karier Soekarno berawal dari kiprahnya di organisasi pemuda yang bernama Tri Koro Darmo yang kemudian berubah menjadi Jong Java, pada tahun 1918. Organisasi ini aktif sekali mengobarkan semangat nasionalis dan patriotisme di kaum pemuda Indonesia.
Di rumah H.O.S Tjokroaminoto, Soekarno banyak belajar tentang politik dan berpidato. Kemampuan berpikirnya yang kritis pun semakin terasah ketika aktif menulis di koran harian Oetoesan Hindia yang dikelola oleh Tjokroaminoto.
Setelah mendapatkan gelar insinyur, Soekarno bersama kawannya Ir. Anwari dan Ir. Rooseno mendirikan Biro Insinyur. Mereka membuka jasa desain dan rancang bangunan bersama-sama.
Ini merupakan bisnis pertama yang beliau lakukan sesuai dengan bidang pendidikan yang diampunya.
Selain memulai bisnis sendiri, jiwa patriotisme Soekarno tetap memanggilnya. Hingga pada akhirnya beliau mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang menjadi awal pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927.
Partai ini didirikan dengan tujuan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda dan meraih kemerdekaan. Untuk menjalankan misinya ini, Soekarno mulai mengamalkan ajaran Marhaenisme.
Marhaenisme merupakan ajaran yang memiliki tujuan menghapus kapitalisme dan imperialisme yang menindas rakyat jelata melalui cara-cara yang revolusioner. Penggunaan istilah marhaen untuk menunjuk kelompok masyarakat yang berdiri di atas kaki sendiri.
Melalui ajaran marhaenisme ini, Soekarno semakin banyak dikenal banyak orang hingga ke luar negeri.
Hasil pemikirannya yang berupa analisa kelas marhaen, sosio-nasionalisme, dan sosio-demokrasi dijadikan landasan pemikiran dan mulai mencuri perhatian banyak masyarakat.
Peristiwa Peristiwa Sejarah Soekarno
1. Masa Pengasingan oleh Kolonial Belanda
- Momentum Indonesia Menggugat
Keberanian Soekarno dalam menyebarkan ajaran marhaenisme yang disambut baik oleh rakyat Indonesia, jelas menjadi ancaman bagi Belanda.
Pada tahun 1930, Soekarno dimasukkan ke penjara Suka Miskin Bandung, setelah sebelumnya ditangkap di Yogyakarta dan dikurung di penjara Banceuy.
Namun, perjuangannya tak pernah mati. Beliau masih saja melakukan pergerakan dari dalam penjara dengan berkomunikasi sesama tahanan politik. Hingga akhirnya, Belanda memutuskan untuk mengisolasinya ke ruangan lain.
Saat itu, Soekarno sama sekali tidak diberi akses untuk berkomunikasi. Hanya dengan istrinya, Inggit Ganarsih, beliau bisa bertemu dan berbicara dengan pengawasan yang ketat.
Mereka berbicara dengan menggunakan media telur untuk memberi kabar tentang kondisi pergerakan para sahabat seperjuangan.
Pada tanggal 18 Agustus 1930, kasus ini disidangkan di pengadilan Landraad Bandung. Dalam pembelaannya, Soekarno menggunakan judul Indonesia Menggugat.
Pidato gugatannya ini benar-benar membuat Belanda marah dan akhirnya membubarkan PNI. Soekarno dibebaskan dari penjara pada bulan Desember 1931.
- Pengasingan di Ende, Flores
Setelah keluar dari penjara, Soekarno kembali meneruskan perjuangannya melawan penjajahan bersama Partai Partindo. Namun, pada tanggal 14 Januari 1934, Belanda kembali menangkap Soekarno dan mengasingkannya di Ende, Flores.
Pengasingan ini dilakukan karena Belanda merasa terancam dengan pergerakan Soekarno yang gencar melawan mereka. Semangat, ide, dan pidato-pidatonya dianggap membahayakan pihak Belanda karena dapat membangkitkan perlawanan dari rakyat Indonesia.
Masa pengasingan menjadi tahanan politik di Flores ini dilalui oleh Soekarno selama empat tahun, yakni dari tahun 1934–1938. Selama di sana, beliau menempati rumah penduduk bernama Abdullah Ambuwaru.
- Pengasingan di Bengkulu
Soekarno mengalami pengasingan di tempat ini dari tahun 1938–1942. Sebuah masa yang cukup lama, sehingga Soekarno hampir dilupakan oleh teman seperjuangannya.
Namun, di tempat ini, Soekarno bertemu dengan Mohammad Hatta, teman seperjuangan, dan Fatmawati yang kelak akan menjadi istrinya.
- Pengasingan di Berastagi
Ini merupakan pengasingan pada masa Agresi Militer II Belanda, pada tahun 1948. Pengasingan ini dilakukan bersama dua tokoh nasional lainnya, yaitu Sutan Sjahrir dan Haji Agus Salim.
Pengasingan ini hanya berlangsung selama 12 hari dan selanjutnya mereka dipindahkan ke tempat lain di daerah pinggiran Danau Toba.
- Pengasingan di Pulau Bangka
Pengasingan ini terjadi pada tahun 1949. Soekarno dipindahkan ke pengasingan di Pulau Bangka bersama Mohammad Hatta yang telah lebih dulu tinggal di sana.
2. Soekarno Pada Masa Jepang
Kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, awalnya disambut baik oleh rakyat Indonesia. Namun, akhirnya rakyat mulai merasakan ketidaknyamanan atas sikap Jepang yang memberi banyak kerugian dan kesengsaraan.
Rakyat mulai memberikan sikap perlawanan yang dilakukan di daerah masing-masing. Seiring dengan hadirnya Perang Asia Timur Raya, Jepang juga mendapat tekanan dari negara musuhnya.
Merasa terdesak dan membutuhkan dukungan rakyat Indonesia, maka Jepang mulai memperhatikan para tokoh nasional seperti Soekarno dan Mohammad Hatta.
Jepang juga membuat gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan diserahkan kepengurusannya kepada Soekarno, Mohammad Hatta, K.H Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara.
Keempat orang ini kemudian dikenal sebagai Empat Serangkai yang diketuai oleh Soekarno. Tugas Putera adalah menghancurkan semua tentang Belanda, membantu Jepang untuk memulihkan kekuatan Jepang, dan memperbaiki bidang sosial ekonomi rakyat.
Namun, karena pergerakan Putera dianggap membahayakan, maka dibubarkan lalu diganti dengan Jawa Hokokai.
Soekarno masih tetap dilibatkan dalam kegiatan organisasi yang dibentuk oleh Jepang. Namun, semua organisasi yang dibentuk semuanya hanya memberi keuntungan bagi Jepang saja. Dan sistuasi ini semakin membangkitkan sikap perlawanan dari rakyat.
3. Peran Soekarno Dalam Perumusan Kemerdekaan Indonesia
- BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Jepang membentuk BPUPKI pada tanggal 1 Maret 1945. Badan ini memiliki tugas untuk merumuskan dasar negara dan beranggotakan 60 orang tokoh nasional.
Untuk melaksanakan tugasnya, BPUPKI mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei–1 Juni 1945. Dalam sidang, berhasil dirumuskan lima asas landasan negara dan diberi nama Pancasila oleh Soekarno.
Sidang BPUPKI kedua dilaksankan pada tanggal 10–17 Juli 1945. Sidang ini merumuskan undang-undang dasar negara. Sidang BPUPKI ini banyak mendengarkan pandangan dari tiga tokoh besar, yaitu Soekarno, Mr. Moh Yamin, dan Mr Supomo.
- Piagam Jakarta
Setelah BPUPKI selesai melakukan sidang, dibentuklah Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang, yang diketuai oleh Soekarno.
Tugas panitia ini adalah untuk menindaklanjuti hasil keputusan sidang BPUPKI. Melalui panitia ini akhirnya pada tanggal 22 Juni 1945 melahirkan rumusan Piagam Jakarta.
- PPKI
PPKI terbentuk untuk melanjutkan tugas BPUPKI dengan diketuai oleh Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta. Jepang melakukan pelantikan terhadap pengurus PPKI dan berjanji akan menyerahkan kedaulatan RI.
Namun, hampir bersamaan dengan itu, kedaan Jepang semakin terdesak karena terjadi peristiwa bom di Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang harus menyerah pada Sekutu.
Kedaan ini mulai menimbulkan perbedaan pendapat dalam PPKI. Golongan muda ingin segera memerdekaan RI. Sedangkan, golongan tua masih menunggu perkembangan Jepang untuk menghindari pertumpahan darah, karena tentara Jepang masih banyak di Indonesia.
- Peristiwa Rengasdengklok
Dari perbedaan pendapat itu, akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Mereka berdua didesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan. Naskah itu ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta ditunjuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Pengukuhkan keduanya dilakukan oleh KNPI pada tanggal 29 Agustus 1945.
- Agresi Militer II
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Belanda datang kembali ke Indonesia dengan menunggangi tentara Inggris. Mereka mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia dari seluruh pelosok negeri.
Hingga momentum tewasnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby dari peperangan di Surabaya, membuat Belanda menarik kembali tentaranya. Serangan demi serangan yang terjadi membuat para tokoh mengajukan gugatan kepada Dewan Keamanan PBB.
Sidang yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB ini akhirnya memberi tekanan pada Belanda. Sehingga mereka pun menerima resolusi dan akan menghentikan penyerangan terhadap Indonesia.
Setelah pengakuan kedaulatan itu, maka Soekarna dan Muhammad Hatta kembali menjabat Presiden dan Wakil Presiden. Dan pada tanggal 17 Agustus 1950 diubah kembali menjadi Republik Indonesia setelah sebelumnya sempat diganti menjadi Republik Indonesia Serikat.
- Pemberontakan PKI
Pada tahun 1960, mulai terjadi pergolakan politik. Hadirnya PKI mulai meresahkan rakyat, karena mereka berniat ingin mengadakan negara komunis. Pergolakan ini juga menimbulkan konflik internal dalam pemerintahan.
Hingga pada akhirnya, tanggal 30 September 1965, terjadilah peristiwa yang dikenal dengan G30-S/PKI. Saat itu, massa mulai melakukan protes besar-besaran dengan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu poinnya adalah pembubaran PKI.
Namun, Presiden Soekarno menolak dengan alasan bertentangan dengan pandangan Nasional, Agama, dan Komunisme. Sikapnya ini membuat kecewa rakyat dan mulai membuat opini tidak percaya terhadap Presiden Soekarno.
- Peristiwa SUPERSEMAR
Suasana politik semakin memanas dan membuat Presiden Soekarno merasa terdesak. Hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Surat ini memberikan perintah pada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil sikap guna menjaga keamanan dan keselamatan pribadi.
Letjen. Soeharto pun melakukan penumpasan PKI dengan membubarkannya di seluruh pelosok negeri. Dia juga menegaskan bahwa PKI adalah organisasi terlarang. Barang siapa yang mengikuti PKI, akan dikenakan hukuman.
Supersemar juga akhirnya menjadi momentum pemberian jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang mandat untuk menjadi presiden jika terjadi sesuatu hal melalui sidang MPRS.
- Penyerahan kekuasaan
Polemik politik dalam negeri terus terjadi setelah peristiwa G30-S/PKI. Ini ditandai dengan ditolaknya pertanggungjawaban sikap Presiden Soekarno terhadap peristiwa itu oleh MPR.
Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Letnan Jendral Soeharto di Istana Negara, Jakarta.
Akhir Hayat Soekarno
Setelah naiknya Jendral Soeharto menjadi Presiden, Soekarno resmi menjadi tahanan rumah di Istana Bogor. Namun, pada bulan Desember 1967, beliau dipindahkan ke Wisma Yaso di Jakarta. Tempat yang mungkin tidak layak bagi seorang tokoh nasional sekelas Soekarno.
Dalam kesehariannya, Soekarno diasingkan bahkan sulit sekali dikunjungi oleh keluarga atau pun kerabat terdekat. Bahkan, tidak mendapatkan perawatan yang layak ketika beliau jatuh sakit.
Pada tanggal 21 Juni 1970, pukul tujuh pagi, Soekarno mengembuskan napas terakhir. Beliau dimakamkan di Blitar, di samping makam ibundanya.
Jasa yang Patut Dikenang
Soekarno memiliki jasa yang sangat besar untuk bangsa Indonesia. Memiliki andil besar dalam perjuangan rakyat untuk meraih kemerdekaan.
Bahkan, dengan ide kebangsaannya yang jenius, Soekarno terlibat dalam perumusan dasar negara, yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar.
Bukan hanya dalam negeri, Soekarno juga memberikan kontribusi yang besar terhadap konsep kehidupan berbangsa, terlibat aktif dalam Gerakan Non Blok, menjadi motivator bagi negara Asia-Afrika yang masih terjajah, dan masih banyak lagi keterlibatan beliau di kancah internasional.
Kecerdasan, tegas, berani, dan sikap revolusioner dapat dijadikan teladan bagi seluruh rakyat Indonesia.