Rumah Adat di Indonesia – Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang sangat kaya. Warisan leluhur berupa aturan adat, kesenian, makanan hingga rumah tradisional, banyak kita temui ragamnya dari Sabang sampai Merauke.
Biasanya produk kebudayaan ini berakar dari filosofi dan kearifan lokal yang dianut oleh penduduk setempat.
Kendati tak banyak lagi dibangun di masa kini, beberapa rumah adat ini bisa menjadi inspirasi untuk diadopsi dalam konsep rumah modern. Selain untuk menambah keunikan rumah, langkah ini juga digunakan untuk melestarikan arsitektur budaya Indonesia.
Daftar Isi Artikel
- 1. Rumah Adat Aceh “Krong Bade”
- 2. Rumah Adat Sumatra Utara “Bolon”
- 3. Rumah Adat Sumatra Barat “Rumah Gadang”
- 4. Rumah Adat Riau “Selaso Jatuh Kembar”
- 5. Rumah Adat Kepulauan Riau “Belah Bubung”
- 6. Rumah Adat Jambi “Kajang Lako”
- 7. Rumah Adat Bengkulu “Bubungan Lima”
- 8. Rumah Adat Sumatra Selatan “Rumah Limas”
- 9. Rumah Adat Kep. Bangka Belitung “Rumah Rakit”
- 10. Rumah Adat Lampung “Nuwo Sesat”
- 11. Rumah Adat Banten “Sulah Nyanda”
- 12. Rumah Adat Jawa Barat
- 13. Rumah Adat Jakarta “Rumah Kebaya”
- 14. Rumah Adat Jawa Tengah
- 15. Rumah Adat Jawa Timur
- 16. Rumah Adat Yogyakarta
- 17. Rumah Adat Bali
- 18. Rumah Adat Nusa Tenggara Barat “Dalam Loka”
- 19. Rumah Adat Nusa Tenggara Timur “Musalaki”
- 20. Rumah Adat Kalimantan Barat “Rumah Panjang”
- 21. Rumah Adat Kalimantan Selatan “Bubungan Tinggi”
- 22. Rumah Adat Kalimantan Tengah
- 23. Rumah Adat Kalimantan Timur “Rumah Lamin”
- 24. Rumah Adat Kalimantan Utara “Baloy”
- 25. Rumah Adat Gorontalo “Doluhupa”
- 26. Rumah Adat Sulawesi Barat “Rumah Boyang”
- 27. Rumah Adat Sulawesi Selatan
- 28. Rumah Adat Sulawesi Tengah “Tambi”
- 29. Rumah Adat Sulawesi Tenggara “Mekongga”
- 30. Rumah Adat Sulawesi Utara “Walewangko”
- 31-32. Rumah Adat Maluku dan Maluku Utara
- 33. Gambar Rumah Adat Papua “Honai”
- 34. Rumah Adat Papua Barat “Rumah Kaki Seribu”
- ARTIKEL LAINNYA
- Terkait
1. Rumah Adat Aceh “Krong Bade”
Provinsi Aceh memiliki rumah adat bernama Rumah Krong Bade atau Rumoh Aceh. Rumah yang lahir dari kebudayaan suku Aceh ini berbentuk rumah panggung. Material utama rumah terbuat dari kayu, sedangkan atapnya terdiri dari susunan daun rumbia.
Uniknya, pembuatan rumah ini sama sekali tidak menggunakan paku, melainkan tali. Bahan bangunan disatukan dengan tali pengikat atau taloe meu-ikat yang terbuat dai rotan, tali ijuk atau kulit pohon waru.
Kita juga akan menemukan hiasan ukiran di dinding rumah yang juga berfungsi sebagai penanda status sosial dari pemilik rumah tersebut.
2. Rumah Adat Sumatra Utara “Bolon”
Dari Sumatra Utara, kita mengenal Rumah Adat Bolon khas suku Batak. Rumah panggung berbentuk persegi ini memiliki ketinggian 1,75 meter dari atas permukaan tanah. Bagian dalam rumah biasanya berupa ruang kosong. Atap rumahnya mudah dikenali karena berbentuk seperti pelana kuda.
Rumah Adat Bolon memiliki spesifikasi yang berbeda-beda untuk masing-masing sub-suku. Misalnya saja rumah Bolon Toba, rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Mandailing, dan rumah Bolon Pakpak.
3. Rumah Adat Sumatra Barat “Rumah Gadang”
Rumah Gadang adalah rumah adat yang berasal dari Sumatra Barat. Rumah tradisional khas Minangkabau ini disebut juga dengan nama Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjuang. Keunikan utama yang bisa kita temui adalah bentuk atapnya yang menyerupai tanduk kerbau.
Selain itu, rumah ini dikenal sebagai bangunan tradisional yang tahan gempa. Tiang rumah tidak menancap dalam tanah, namun bertumpu pada permukaan batu datar. Sambungan bangunan tidak menggunakan paku, melainkan pasak kayu. Kombinasi itulah yang menyebabkan rumah ini tahan akan goncangan tanah.
4. Rumah Adat Riau “Selaso Jatuh Kembar”
Riau memiliki rumah adat Selaso Jatuh Kembar. Nama ini memiliki arti rumah yang memiliki dua selasar (selaso), di mana selasar tersebut cenderung lebih rendah dari ruangan tengah, sehingga tampak jatuh.
Berbeda dengan rumah adat lainnya yang berfungsi sebagai rumah pibadi, Selaso Jatuh kembar biasanya digunakan sebagai balai atau tempat pertemuan warga. Acara yang diselenggarakan di rumah ini diantaranya adalah musyawarah, acara penobatan kepala adat, dan upacara adat lainnya.
Dinding dan tiang rumah ini menggunakan bahan kayu, sedangkan atapnya menggunakan bahan daun rumbia. Di setiap bagian rumah adat Selaso Jatuh Kembar terdapat ukiran dengan corak yang berbeda-beda, yang memiliki makna yang berbeda-beda pula.
5. Rumah Adat Kepulauan Riau “Belah Bubung”
Kepulauan Riau memiliki Rumah Adat Belah Bubung atau disebut juga dengan Rumah Rabung atau Rumah Bubung Melayu. Bentuknya berupa rumah panggung, dan memiliki empat bagian utama berupa selasar, ruang induk, ruang penghubung dapur dan dapur. Ukuran rumah ini bervariasi dan mengindikasikan kemampuan ekonomi dari pemiliknya.
Berdasarkan bentuk atapnya, Rumah Belah Bubung terbagi menjadi beberapa jenis. Misalnya Rumah Lipat Pandan yang memiliki atap yang curam dan Rumah Lipat Kajang yang memiliki atap mendatar.
6. Rumah Adat Jambi “Kajang Lako”
Jambi memiliki rumah tradisional bernama Rumah Kajang Lako atau Rumah Lamo. Rumah ini adalah rumah adat bagi Suku Batin, salah satu suku yang mendiami Provinsi Jambi. Bentuknya berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu dan terbagi menjadi delapan ruangan.
Diantaranya adalah ruangan jogan sebagai tempat beristirahat, serambi depan untuk menerima tamu pria, serambi dalam untuk tempat tidur anak laki-laki, amben melintang sebagai kamar pengantin, serambi belakang untuk kamar tidur anak perempuan, garang sebagai tempat penyimpanan air, serta dapur untuk tempat memasak.
Rumah ini juga memiliki ciri khas keberadaan dua tangga yang disebut dengan tangga utama dan tangga penteh. Di beberapa bagian rumah, kita bisa menemukan ornamen ukiran kayu bermotif flora dan fauna.
7. Rumah Adat Bengkulu “Bubungan Lima”
Rumah Bubungan Lima merupakan rumah tradisional dari Bengkulu. Rumah panggung dengan material dasar kayu ini tidak dimanfaatkan sebagai rumah tinggal pribadi, melainkan sebagai balai pertemuan warga.
Terdapat tiga bagian dari rumah ini yaitu rumah bagian atas, rumah bagian tengah dan rumah bagian bawah. Karena berbentuk rumah panggung, di bagian depan rumah ini selalu dilengkapi dengan tangga, di mana anak tangganya memiliki jumlah yang ganjil.
8. Rumah Adat Sumatra Selatan “Rumah Limas”
Rumah Limas dikenal sebagai rumah adat Sumatra Selatan. Sesuai namanya, rumah ini berbentuk limas, dengan gaya rumah panggung yang dibangun bertingkat lima. Tingkatan ini disebut dengan bengkalis yang memiliki filosofi unik bernama kekijing.
Dalam filosofi ini, setiap ruangan hanya boleh dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, tergantung dari usia, jenis kelamin, serta pangkat orang tersebut.
Uniknya Rumah Limas dibangun menghadap ke arah timur dan barat. Bagian rumah yang menghadap timur disebut dengan Matoari Edop atau mtahari terbit. Sedangkan bagian rumah yang menghadap barat disebut dengan Matoari Mati yang berarti matahari terbenam.
9. Rumah Adat Kep. Bangka Belitung “Rumah Rakit”
Rumah rakit lahir dari kebudayaan masyarakat yang mendirikan rumah di pinggiran sungai Musi. Rumah tradisional Indonesia ini biasanya dibangun dari material bambu sebagai pelampung, serta dinding dari bahan kayu.
Uniknya rumah ini tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tapi juga sebagai sarana transportasi. Supaya lebih stabil, rumah ini biasanya diikat dengan sebuah tonggak di tepian sungai dan disangga oleh beberapa tiang yang menancap pada dasar sungai.
10. Rumah Adat Lampung “Nuwo Sesat”
Nuwo Sesat merupakan rumah adat dari Provinsi Lampung. Bangunan difungsikan sebagai tempat musyawarah atau balai agung. Bagian rumah terdiri dari serambi untuk pertemuan kecil, pusiban untuk tempat musyawarh resmi, ruang tetabuhan untuk menyimpan alat musik tradisional, serta ruang gajah merem sebagai tempat beristirahat.
Keunikan rumah ini adalah adanya ukiran bermotif perahu pada sisi depan rumah. Bentuk rumah berupa rumah panggung, yang sebagian besar materialnya berbahan dasar kayu. Ruang bawah rumah yang disebut dengan Bah Nuwo dahulunya digunakan sebagai ruang pertemuan adat tetua, namun kini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal biasa.
11. Rumah Adat Banten “Sulah Nyanda”
Rumah adat Banten umumnya mengacu pada rumah adat khas suku Baduy. Rumah ini disebut dengan Rumah Adat Sulah Nyanda dan terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu seroso, tepas, ipas dan leuit. Seroso merupakan sebutan untuk bagian depan rumah.
Tepas merupakan bagian tengah rumah untuk berkumpul bersama keluarga. Ipah berada di bagian belakang rumah untuk tepat memasak dan menyimpan bahan makanan. Sedangkan leuit adalah sebutan untuk lumbung padi yang biasanya terpisah dari bangunan utama.
Dinding rumah biasanya terbuat dari anyaman bambu, tiang rumah terbuat dari kayu dan atap rumah terdiri dari susunan ijuk.
12. Rumah Adat Jawa Barat
Jawa Barat memiliki beberapa gaya dalam rumah adatnya. Yang pertama adalah Imah Badak Heuay khas Sukabumi, yang konon menyerupai bentuk mulut badak yang menguap. Ada pula Rumah Togog Anjing khas Garut, yang desain atapnya menyerupai anjing yang sedang duduk.
Selanjutnya adalah Imah Julang Ngapak yang berbentuk seperti seekor burung yang mengepakkan sayapnya dan bisa kita temui di Tasikmalaya. Ada pula Imah Jolopong yang sederhana dan konsepnya kini banyak digunakan untuk tempat bersantai atau menerima tamu. Dan yang terakhir adalah Imah Perahu Tengkurep yang atapnya berbentuk seperti perahu terbalik.
13. Rumah Adat Jakarta “Rumah Kebaya”
Suku Betawi di Jakarta memiliki empat jenis rumah adat, yakni Rumah Kebaya, Rumah Joglo, Rumah Gudang dan Rumah Panggung Betawi. Namun rumah utama yang sering dijadikan acuan adalah Rumah Kebaya. Nama rumah ini berasal dari lipatan-lipatan pada bagian atap terlihat seperti lipatan kebaya.
Dinding Rumah Kebaya dibuat dari kayu nangka atau kayu gowok yang dicat dengan warna yang cerah. Di bagian depan rumah terdapat teras yang luas, lengkap dengan kursi dan mejanya.
Bagian teras ini menggambarkan karakter masyarakat Betawi yang terbuka dan menghargai tamu. Selain itu, rumah ini juga terbagi menjadi beberapa ruangan. Misalnya paseban untuk kamar tamu, pangkeng atau ruang bersantai keluarga, dan srondoyan atau dapur.
14. Rumah Adat Jawa Tengah
Rumah Adat Joglo merupakan rumah adat dari Jawa Tengah yang paling banyak dikenal masyarakat. Rumah tradisional ini umunya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian utama dan bagian tambahan. Ciri khas utama yang bisa kita lihat dari Rumah Joglo adalah atap berbentuk tajug, yang diyakini memiliki tingkat kesakralan tertentu. Rumah Joglo sendiri bisa memiliki detail yang berbeda-beda di setiap daerah.
Selain rumah Joglo, di Jawa Tengah kita juga dapat menjumpai rumah tradisional lainnya, seperti rumah Adat Panggang Pe, Rumah Adat Limasan dan Rumah Kampung.
15. Rumah Adat Jawa Timur
Sebagai rumah adat khas suku Jawa, Rumah Adat Joglo masih dapat kita temui di daerah Jawa Timur. Di Jawa Timur sendiri memiliki tiga jenis rumah Joglo, yakni Rumah Joglo Sinom, Rumah Joglo Hageng, dan Rumah Joglo Pangrawit.
Selain itu, di Jawa Timur kita juga bisa menemukan Rumah Adat Using khas Banyuwangi, Rumah Adat Suku Tengger di lereng Gunung Bromo dan Rumah Dhurung yang banyak digunakan sebagai tempat beristirahat setelah bertani di Bawean.
16. Rumah Adat Yogyakarta
Masih berbentuk rumah Joglo, Yogyakarta memiliki rumah adat yang disebut dengan Rumah Adat Bangsal Kencono. Bangsal Kencono merupakan pendopo dalam Keraton Yogyakarta. Bangunan ini memiliki bagian atap dengan bubungan yang tinggi dan ditopang oleh empat tiang di tengah. Bangsal Kencono biasanya dimanfaatkan oleh Keraton Yogyakarta sebagai tempat diadakannya upacara adat, ritual keagamaan serta upacara penyambutan para tamu.
17. Rumah Adat Bali
Rumah adat Bali biasanya ditandai dengan keberadaan gapura candi bentar. Gapura yang berperan sebagai pintu masuk rumah ini memiliki ukiran yang unik sehingga menyerupai sebuah candi. Setelah memasuki rumah, pengunjung akan menemukan singgah atau tempat bersembahyang masyakarakat Hindu Bali.
Rumah adat Bali terbagi menjadi beberapa bagian. Diantaranya adalah bagian penginjeng karang sebagai tempat pemujaan, bale manten atau kamar pengantin, bale gede untuk tempat berkumpul, bale dauh khusus untuk anak laki-laki, paon atau dapur, serta lumbung atau tempat penyimpanan.
18. Rumah Adat Nusa Tenggara Barat “Dalam Loka”
Ada beberapa macam rumah adat yang bisa kita temui di Nusa Tenggara Barat. Pertama adalah Rumah Adat Dalam Loka yang yang dahulu digunakan sebagai pusat pemerintahan kerajaan Sumbawa. Rumah ini banyak dipengaruhi oleh kebdayaan Islam, dengan tiang penyokong sejumlah 99 yang menggambarkan asmaul husna.
Selanjutnya Rumah Adat Bale Bander yang digunakan sebagai tempat tinggal pejabat desa sekaligus pengadilan. Rumah Adat Bale Bander banyak menggunakan material anyaman bambu, yang menjadi ciri khas bangunan ini.
Dari suku Sasak, kita juga akan menemukan Rumah Adat Bale Jajar yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan atapnya terbuat dari susunan jerami. Ada pula Rumah Adat Berugaq Sekepat, yang digunakan sebagai ruang tunggu bagi para tamu yang hadir. Serta ada juga Rumah adat Bale Lumbung, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan.
19. Rumah Adat Nusa Tenggara Timur “Musalaki”
Rumah Adat Musalaki ditetapkan sebagai rumah adat resmi Nusa Tenggara timur. Rumah ini khusus dihuni oleh tetua adat Suku Ende Lio. Selain itu, rumah ini juga digunakan sebagai tempat musyawarah, ritual keagaamaan dan berbagai upacara adat lainnya. Bagian dalam rumah Adat Musalaki dibagi menjadi dua, yaitu struktur bagian bawah dan struktur bagian atas.
Selain itu, ada pula rumah adat Mbaru Niang di Desa Wae Rebo, Manggarai. Rumah ini mudah dikenali dari bentu atap yang mengerucut dan menyerupai sebuah tenda. Ukurannya pun cukup besar, karena dalam satu bangunan bisa terdiri dari lima tingkatan rumah.
20. Rumah Adat Kalimantan Barat “Rumah Panjang”
Rumah Panjang atau Rumah Radank merupakan rumah adat khas suku Dayak dari Kalimantan Barat. Disebut Rumah Panjang karena rumah ini memiliki panjang sekitar 180 meter. Sedangkan lebar rumah mencapai 6 meter dan ketinggian 5-8 meter. Karena ukuranya yang besar, membuat rumah ini bisa dihuni oleh beberapa kelompok keluarga sekaligus.
Selain sebagai tempat hunian, rumah adat ini digunakan sebagai tempat pertemuan warga dan upacara adat. Desain rumah ini cukup tinggi guna menghindari serangan binatang buas maupun serangan suku lain.
21. Rumah Adat Kalimantan Selatan “Bubungan Tinggi”
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi merupakan salah satu tumah khas Suku Banjar. Disebut sebagai Bubungan Tinggi karena atapnya berbentuk lancip dengan sudut sekitar 45 derajat. Terbuat dari kayu, dahulu rumah ini digunakan dahulu digunakan sebagai tempat kediaman raja.
22. Rumah Adat Kalimantan Tengah
Rumah Betang merupakan rumah adat Suku Dayak yang banyak tersebar di Kalimantan. Bentuknya mirip dengan Rumah Panjang khas Kalimantan Barat. Panjang Rumah Betang bisa mencapai 30-150 meter dengan lebar 10-30 meter.
Setiap rumah Betang bisa dihuni oleh 100-150 jiwa, di mana biasanya kelompok ini memiliki pemimpin yang disebut dengan pambakas lewu. Arah pembangunana rumah Betang biasanya mengikuti arah matahari, yang menggambarkan prinsip kerja keras Suku Dayak.
23. Rumah Adat Kalimantan Timur “Rumah Lamin”
Kalimantan Timur memiliki rumah adat bernama Rumah Lamin. Berasal dari kebudayaan suku Dayak, Rumah Lamin berbentuk seperti rumah panggung. Kamar-kamar di rumah ini sambung menyambung, sehingga panjang rumah bisa mencapai 300 meter.
Sedangkan lebar rumah bisa mencapai 15 meter dan ketinggian sekitar 3 meter. Oleh karena itu, bangunan ini bisa menampung 25 hingga 30 kepala keluarga.
Rumah Lamin terbuat dari kayu ulin atau kayu besi yang terkenal kokoh dan tahan lama. Di dinding bangunan bisa kita temui seni ukiran khas Suku Dayak. Ukiran ini tak hanya sebagai hiasan, tapi juga dipercaya sebagai pelindung dari bahaya ilmu hitam.
24. Rumah Adat Kalimantan Utara “Baloy”
Suku Tidung di Kalimantan Utara mewariskan Rumah Adat Baloy. Walaupun masih menggunakan tiang-tiang tinggi khas rumah tradisonal Dayak, model Rumah Baloy terbilang cukup modern. Rumah Baloy sendiri disebut sebagai pengembangan Rumah Panjang dari Suku Dayak.
Uniknya Rumah Baloy dibangun menghadap utara, sedangkan pintu utama menghadap ke arah selatan. Bangunan ini terdiri dari empat ruangan utama yang disebut dengan ambir. Di bagian belakang rumah, terdapat bangunan yang dibangun di tengah kolam bernama Lubung Kilong. Bangunan Lubung Kilong ini biasa digunakan untuk pementasan kesenian.
25. Rumah Adat Gorontalo “Doluhupa”
Rumah Adat Doluhupa merupakan rumah adat khas Gorontalo. Rumah ini berbentuk panggung dengan pilar-pilar kayu yang kokoh. Desain rumah panggung ini dimaksudkan untuk menghindari musibah banjir yang dahulu sering terjadi.
Di bagian kanan dan kiri rumah bisa kita temui tangga adat yang disebut dengan tolitihu. Di samping pintu masuk rumah terdapat tange lo bu’ulu yang menggambarkan kesejahteraan penduduk Gorontalo.
Selain Doluhupa, Gorontalo juga memiliki rumah adat lainnya. Seperti rumah adat Bandayo Poboide dari Limboto, rumah adat Ma’lihe atau Potiwaluya dan rumah adat Gobel dari Bone Bolango.
26. Rumah Adat Sulawesi Barat “Rumah Boyang”
Rumah adat di Sulawesi Barat banyak dipengaruhi oleh suku Mandar, di mana rumah adat di sini disebut dengan nama Rumah Boyang. Rumah berbentuk panggung, dengan tujuh pembagian ruangan.
Tiga merupakan bagian utama sedangkan empat lainnya merupakaan bagian tambahan. Tiang rumah ditancapkan ke tanah dan ditumpangi dengan batu yang permukaannya datar. Hal ini merupakan karifan lokal yang berfungsi untuk mencegah lapuknya tiang dan menjaga bangunan tetap kokoh.
Berdasarkan strata sosialnya, Rumah Boyang dibedakan menjadi dua. Rumah Boyang Adaq dihuni oleh keluarga bangsawan, sedangkan, rumah Boyang Beasa ditempati oleh keluarga dari kalangan biasa. Namun secara umum, Rumah Boyang harus dibagun menghadap ke timur. Hal ini mengandung makna keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan manusia.
27. Rumah Adat Sulawesi Selatan
Kekayaan budaya di Sulawesi Selatan membuat provinsi ini memiliki beberapa jenis rumah adat sekaligus. Dalam kehidupan Suku Makassar misalnya, memiliki Rumah Adat Balla. Rumah panggung ini identik dengan rumah para bangsawan, dengan material utama rumah adalah kayu.
Selanjutnya yang telah banyak dikenal adalah rumah adat Suku Toraja yang disebut Rumah Tongkonan. Bangunan ini terbuat dari kayu dengan warna utama merah, hitam dan kuning. Atap rumah ini melengkung, menyerupai perahu yang terbalik.
28. Rumah Adat Sulawesi Tengah “Tambi”
Rumah Tambi merupakan rumah adat dari Suku Kaili dan Suku Lore di Sulawesi Tengah. Bentuknya berupa rumah panggung. Rumah tradisional ini memiliki keunikan atap yang sekaligus berfungsi sebagai dinding.
Rumah Tambi yang dihuni oleh tetua adat akan memiliki jumlah anak tangga berjumlah ganjil, sedangkan bagi kalangan biasa akan memiliki jumlah anak tangga dalam jumlah genap. Pondasi rumah tersusun dari batu alam dan tangga rumah terbuat dari daun rumbia. Tidak hanya sebagai tempat tinggal, Rumah Tambi juga biasa digunakan sebagai tempat pertemuan.
29. Rumah Adat Sulawesi Tenggara “Mekongga”
Rumah Adat Mekongga dari Sulawesi Tenggara memiliki ukuran yang cukup luas, berbentuk segi empat dan terbuat dari kayu. Tiang penyangganya menjulang setinggi 20 kaki, sedangkan tinggi bangunannya sendiri bisa mencapai 60-70 kaki. Dahulu rumah ini digunakan keluarga kerajaan untuk menyeleggarakan upacara-upacara khusus.
Filosofi rumah ini bisa kita temui dalam jumlah 12 tiang penyangga yang melambangkan 12 orang pemimpin dan 30 anak tangga yang melambangkan 30 helai bulu dari sayap burung kongga.
Selain itu, di provinsi ini juga bisa kita temui Rumah tradisional Laikas dari Suku Tolaki dan Rumah Adat Banua Tada dari peninggalan Kesultanan Buton.
30. Rumah Adat Sulawesi Utara “Walewangko”
Rumah adat Minahasa di Sulawesi Utara disebut dengan Rumah Pewaris atau Walewangko. Rumah ini memiliki 26 tiang penyangga dan material dasarnya adalah kayu ulin. Bentuknya berupa rumah panggung, guna mengindari serangan musuh dan binatang buas. Pada dinding, pagar dan tangga rumah ini terdapat ukiran-ukiran yang berfungsi sebagai penolak bala.
Rumah adat ini terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian kolong rumah sering digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Bagian depan rumah digunakan sebagai tempat tetua adat memberikan maklumat. Sedangkan serambi depan digunakan sebagai tempat menerima tamu dan menyelenggarakn upacara adat.
31-32. Rumah Adat Maluku dan Maluku Utara
Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki rumah adat yang disebut sebagai Rumah Baileo. Rumah ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda suci, tempat penyelenggaraan upacara adat, dan balai pertemuan warga.
Ukuran rumah cukup besar namun tidak memiliki dinding. Hal ini diyakini sebagai upaya agar roh-roh nenek moyang bsa keluar masuk Rumah Beileo dengan bebas. Rumah ini memiliki lantai rumah yang lebih tinggi daripadar tanah, yang bermakna harapan agar roh nenek moyang memiliki tempat yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat
Rumah Baileo memiliki hiasan yang berkaitan erat dengan keseharian masyarakat Maluku. Ukiran dua ekor ayam yag diapit dua ekor anjing misalnya, yang memiliki arti harapan kedamaian dan kemakmuran. Selain itu ukiran bulan, bintang dan matahari yang melambangkan kesiapan Rumah Baileo yang berperan sebagai penjaga hukum adat masyarakat setempat.
33. Gambar Rumah Adat Papua “Honai”
Rumah adat Papua dikenal dengan nama Honai. Nama ini berasal dari kata hun yang berarti laki-laki dan kata ai yang berarti rumah. Jadi secara umum, Honai merupakan rumah yang ditempati oleh kaum laki-laki.
Dinding rumah terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari jerami dengan bentuk menyerupai jamur. Rumah ini tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu pintu. Konstruksi rumah seperti ini berfungsi untuk menghalau hawa dingin pegunungan, sekaligus melindungi rumah dari air hujan.
Ketinggian rumah Honai sekitar 2,5 meter dengan luas sekitar 5 meter. Pada bagian tengah rumah terdapat perapian, sebagai tempat menghangatkan diri.
34. Rumah Adat Papua Barat “Rumah Kaki Seribu”
Selain Honai, di Papua Barat kita juga akan menemukan Rumah Kaki Seribu, atau disebut juga dengan Mod Aki Aksa. Rumah adat suku Arfak di daerah Manokwari ini memiliki ciri khas dari banyaknya tiang penyangga di bawah rumah sehingga terlihat seperti hewan kaki seribu.
Bangunan ini berupa rumah panggung, dengan ketinggian 1 sampai 1,5 meter dari permukaan tanah.
Desain rumah panggung yang cukup tinggi ini bertujuan untuk menghindari serangan binatang sekaligus menjaga suhu dalam rumah tetap hangat. Atap rumah terbuat dari jerami atau daun sagu, sedangkan tiang-tiangnya teruat dari material kayu.