Keanekaragaman Hayati – Bumi mempunyai komposisi kehidupan yang begitu dinamis. Komponen ini terdiri dari berbagai macam makhluk hidup, yaitu binatang, tumbuhan, serta komponen tak hidup seperti air, udara, cahaya matahari, dll.
Makhluk-makhluk tersebut terdiri dari beberapa jenis berdasarkan gen, jenis dan juga ekosistemnya yang kemudian disebut keanekaragaman hayati.
Nah, dalam artikel ini kita akan membahas tentang keanekaragaman hayati di Indonesia, mulai dari pengertian, keanekaragaman tingkat gen, spesies dan juga ekosistem serta manfaat keanekagaragaman hayati untuk kehidupan.
Daftar Isi Artikel
Pengertian Keanekaragaman Hayati
Pengertian Keanekaragaman Hayati adalah keberagaman makhluk hidup dibumi (hewan, tumbuhan, mikroorganisme) beserta keanekaragaman jenis, genetik dan ekosistem yang dimilikinya.
Dalam pengertian lain, keanekaragaman hayati adalah keragaman jenis-jenis makhluk hidup yang menyusun komposisi dari suatu ekosistem atau juga keberagaman organisme yang menunjukan keseluruhan variasi gen, jenis dan ekosistem pada suatu daerah.
Istilah Keanekaragaman hayati atau Biological diversity (biodiversity) awalnya digunakan Lovejoy pada 1980 untuk menyebutkan “kekayaan jumlah spesies”. Namun istilah ini ditolak oleh para ahli lain karena maknanya terlalu sempit.
Keanekaragaman hayati tidak terbatas pada jumlah total makhluk hidup yang ada. Melainkan juga pada gen, jenis, ekosistem dan juga proses-proses hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Pengertian Keanekaragaman Hayati Menurut Para Ahli
- Menurut DeLong (1996) Keanekaragaman Hayati adalah ciri suatu area yang menyangkut keragaman di dalam dan diantara organisme hidup, kumpulan organisme, komunitas biodtik dan proses biotik yang masih alamiah ataupun sudah diubah manusia.
- Menurut Sudarsono (2005), Keanekaragaman hayati adalah kondisi dimana sumber daya hayati tersedia dengan baik dan beragam di lingkungan. Keberagaman ini terwujud dalam plasma nutfah, ekosistem, dan keanekaragaman genetik.
Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yakni tingkat gen atau genetika, tingkat spesies atau jenis dan tingkat ekosistem
1. Keanekaragaman Tingkat Gen
Keanekaragaman hayati tingkat gen adalah keberagaman makhluk hidup dalam 1 spesies yang dipengaruhi oleh faktor genetik yang diturunkan oleh kedua induk/orang tua makhluk hidup yang melakukan perkawinan.
Gen sendiri adalah perangkat pembawa sifat, dalam setiap makhluk terdapat perangkat dasar penyusun gen sama, Namun susunannya berbeda. Perbedaan susunan inilah yang mempengaruhi keturunan hasil dari perkawinan kedua makhluk.
Hewan, tumbuhan dan mirkoorganisme, meskipun berasal dari jenis sama, terkadang mereka mempunyai bentuk, rasa, warna dan sifat berbeda.
Contohnya misalnya Hewan Kucing. Meskipun dalam 1 spesies sama, tapi kucing memiliki banyak jenis seperti Kucing angora, kucing persia ataupun kucing kampung. Setiap kucing tersebut memiliki warna, sifat dan bentuk-bentuk tubuh berbeda.
Begitupun buah Mangga, walaupun sama-sama bernama mangga, tapi mangga memiliki beberapa jenis, misalnya mangga madu, mangga simanalagi, mangga harum manis, mangga golek, kuini, cengkir dan sebagainya. Setiap jenis juga memiliki bentuk dan rasa yang berbeda.
Keanekaragaman tingkat gen dapat terjadi secara alami ataupun buatan. Keanekaragaman yang terjadi secara alami disebabkan adaptasi yang dilakukan setiap individu dengan lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat yang tampak (fenotik) walaupun tetap diatur oleh genetiknya (genotif).
Sedangkan keanekaegaman buatan, terjadi karena proses perkawinan silang atau hibridasi, yang biasanya dilakukan pada beragam jenis tanaman sehingga memunculkan varietas baru.
2. Keanekaragaman Tingkat Spesies atau Jenis
Setelah membahas keragaman gen, maka tingkatan keanekaragaman hayati selanjutnya adalah tingkat spesies. Jangan batasi pemahaman Anda dalam mengartikan spesies hanya pada konteks binatang dan tumbuhan saja. Bakteri pun juga masuk dalam tingkat keragaman hayati ini.
Secara umum, definisi spesies adalah klasifikasi yang terdapat dalam ilmu biologi yang umumnya mengarah pada kelompok organisme yang menunjukkan serangkaian persamaan fisik. Selain itu, individu pada satu klasifikasi spesies yang sama juga mampu untuk bertukar sifat gen.
Pada konteks keanekaragaman hayati tingkat spesies, Anda dapat melihat contohnya pada kucing, macan, dan harimau. Secara fisik, tentu ketiganya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Namun sesungguhnya mereka masih tergolong dalam famili yang sama.
3. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Tak ada satupun makhluk hidup yang mampu bertahan tanpa adanya interaksi yang dinamis dengan komponen ekosistem lainnya, baik itu yang termasuk dalam komponen abiotik maupun biotik.
Contoh paling sederhana adalah, manusia tak bisa hidup tanpa kehadiran binatang dan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber makanan yang utama. Namun tak hanya itu saja, manusia juga membutuhkan cahaya, udara, dan air untuk mempertahankan kualitas hidup.
Sementara itu, Anda tentu mengetahui bahwa komponen biotik dan abiotik yang ada di bumi ini sangat bayak jumlahnya. Masing-masing juga memiliki ciri khasnya yang dapat memberi perbedaan signifikan pada ekosistem tempat di mana komponen tersebut berada.
Ada beberapa jenis ekosistem yang perlu Anda ketahui:
A. Ekosistem Hutan Hujan Tropis
Sebagai orang yang hidup di negara tropis seperti Indonesia, rasanya sudah tak asing lagi mendengar istilah hutan hujan tropis. Namun apa yang Anda ketahui dengan ekosistem hutan hujan tropis?
Ekosistem ini berada di area dengan iklim tropis. Umumnya, area tropis memang memiliki keanekaragaman hayati yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan area lainnya.
Beberapa ciri yang khas dari ekosistem hutan hujam tropis adalah tanahnya yang relatif subur, curah hujannya tinggi (antara 1800 hingga 2000 mm per tahun), serta terdapat lapisan pohon yang dibentuk akibat adanya vegetasi pohon yang sangat rapat.
Tak kurang dari 2.500 spesies flora dapat ditemukan di tempat ini, meliputi semak kecil, pohon, serta tanaman merambat. Contoh yang paling banyak dijumpai adalah pinus, jati, anggrek, mahoni dll.
B. Ekosistem Padang Rumput
Seperti namanya, ekosistem ini didominasi hamparan luas padang rumput yang hijau. Tak heran bila ekosistem ini disebut grassland atau stepa. Meski secara umum lebih banyak ditemukan di daerah tropis, namun ada juga yang berada di area subtropis.
Selain terkait dengan iklim, ciri lain yang hampir selalu ditemukan pada lokasi padang rumput adalah topografi tanahnya yang datar atau hanya terdapat bukit-bukit kecil.
Curah hujannya pun berbeda dengan hutan hujan tropis, yaitu hanya sekitar 90 sampai 150 cm per tahun. Dari angka tersebut dapat diklasifikasikan bahwa curah hujannya relatif rendah serta pola persebarannya pun tak terpola.
Meski hanya berupa hamparan hijau yang luas, namun sesungguhnya ekosistem padang rumput tak hanya memiliki satu jenis rumput saja. Justru Anda dapat menemukan ragam spesies rumput hingga 4.500 macam, atau lebih.
Meski tak terlalu lazim, namun ada pula pohon yang dapat hidup di tengah padang rumput. Salah satu yang paling khas adalah akasia.
Hewan yang bisa hidup di daerah ini umumnya adalah binatang herbivora seperti rusa, jerapah, kijang, gajah, zebra. Namun tak menutup kemungkinan ada juga singa dan harimau yang hidup dan menjadi bagian dari rantai makanan.
Manfaat Keanekaragaman Hayati
Adanya keanekaragaman hayati yang lestari memainkan peran yang amat penting untuk keberlangsungan kehidupan di bumi ini. Bahkan, segala manfaat dari keragaman hayati ini tak hanya dapat dinikmati oleh manusia saja namun juga seluruh makhluk hidup lain. Apa saja manfaat tersebut?.
1. Sebagai Sumber Makanan
Seperti yang telah diketahui bersama, tak akan ada makhluk hidup yang dapat bertahan tanpa makanan. Dengan adanya keanekaragaman hayati, maka pasokan sumber makanan yang bervariasi pun akan selalu tersedia. Baik itu dari sumber hewani maupun nabati.
2. Sumber Plasma Nutfah
Plasma nutfah memiliki definisi yang jauh lebih luas dibandingkan sekedar kumpulan bermacam-macam spesies tanaman. Plasma nutfah adalah keragaman fenotipe dan genotipe yang terdapat pada setiap jenis tanaman.
Karena sifatnya yang sangat spesifik pada spesies tertentu, maka penelitian akan plasma nutfah dapat fokus pada setiap individu tumbuhan, contohnya plasma nutfah padi, plasma nutfah cabai, plasma nutfah kedelai, dll.
Meskipun ada perbedaan yang sangat siginfikan antara plasma nutfah dan keanekaragaman hayati, namun bukan berarti keduanya tak saling berhubungan.
Apabila kedua hal ini dapat dikelola dengan baik, maka dampaknya adalah makhluk hidup dapat memiliki variasi sumber pangan yang lebih beragam guna menunjang proses adaptasi. Jadi, makhluk hidup tak perlu hanya bergantung pada 1 atau 2 jenis sumber makanan.
Di samping urusan ketahanan pangan dan kemampuan beradaptasi, sistem pertanian yang dijalankan manusia juga menjadi lebih optimal.
3. Sumber Obat
Selain dimanfaatkan untuk sumber makanan, tanaman dan hewan pun dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat yang alami. Contohnya, tanaman kina yang mengandung alkaloid dapat dimanfaatkan untuk pengobatan malaria.
Sedangkan dari sumber hewai, manusia dapat memanfaatkan ular untuk mengobati penyakit kulit. Suoaya tak mudah terserang penyakit dan daya tahan tubuh meningkat, manusia bisa mengambil madu dari lebah untuk dikonsumsi sebagai minuman kesehatan.
Seiring berjalannya ilmu pengetahuan, manusia juga memanfaatkan keanekaragaman hayati ini untuk dijadikan obat dalam dunia kedokteran hewan. Sehingga binatang yang sakit pun dapat ditangani oleh manusia dengan bantuan dari alam.
Kesimpulannya, manusia dan seluruh makhluk hidup sangat bergantung pada kelestarian keragaman hayati. Karena itu, penting untuk menjaga ekosistem kita agar tetap dalam kondisi baik.