Metode Prototype – Metode Prototype adalah teknik pengembangan sistem yang menggunakan prototype untuk menggambarkan sistem sehingga klien atau pemilik sistem mempunyai gambaran jelas pada sistem yang akan dibangun oleh tim pengembang.
Prototype dalam bahasa Indonesia disebut purwarupa (rupa awal). Prototype adalah rupa awal dari sistem yang menggambarkan rupa akhir dari sebuah sistem.
Contoh sederhanya, ketika akan membangun rumah, biasanya calon pemilik rumah dibuatkan sketsa atau bahkan rumah dalam bentuk kecil yang menggambarkan secara jelas bagaimana bentuk rumah yang akan dibangun nanti. Itulah analogi dari sebuah prototipe.
Metode pengembangan perangkat lunak Prototype umumnya digunakan ketika klien kurang bisa menjelaskan atau menerjemahkan sistem yang akan dibuat.
Dengan prototype pihak klien dapat berdiskusi langsung dengan tim pengembang (developer) untuk menyamakan persepsi atau pemahaman terhadap sistem yang akan dibuat. Sehingga nantinya tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses pembuatan sistem/aplikasi/perangkat lunak.
Daftar Isi Artikel
- Tahapan Metode Prototype
- Tahap 1: Requirements Gathering and Analysis (Analisis Kebutuhan)
- Tahap 2: Quick Design (Desain cepat)
- Tahap 3: Build Prototype (Bangun Prototipe)
- Tahap 4: User Evaluation (Evaluasi Pengguna Awal)
- Tahap 5: Refining Prototype (Memperbaiki Prototipe)
- Tahap 6: Implement Product and Maintain (Implentasi dan Pemeliharaan)
- Kelebihan dan Kekurangan Metode Prototype
- ARTIKEL LAINNYA
Tahapan Metode Prototype
Ada beberapa tahapan dalam metode prototype. Beberapa sumber menyebutkan prototype mempunyai 3,4,5,6 atau 7 tahapan. Dikutip dari guru99 model prototype setidaknya mempunyai 6 tahapan seperti yang terlihat pada gambar diatas.
Tahap 1: Requirements Gathering and Analysis (Analisis Kebutuhan)
Tahapan model prototype dimulai dari analisis kebutuhan. Dalam tahap ini kebutuhan sistem didefinisikan dengan rinci. Dalam prosesnya, klien dan tim developer akan bertemu untuk mendiskusikan detail sistem seperti apa yang diinginkan oleh user.
Tahap 2: Quick Design (Desain cepat)
Tahap kedua adalah pembuatan desain sederhana yang akan memberi gambaran singkat tentang sistem yang ingin dibuat. Tentunya berdasarkan diskusi dari langkah 1 diawal.
Tahap 3: Build Prototype (Bangun Prototipe)
Setelah desain cepat disetujui selanjutnya adalah pembangunan prototipe sebenarnya yang akan dijadikan rujukan tim programmer untuk pembuatan program atau aplikasi.
Tahap 4: User Evaluation (Evaluasi Pengguna Awal)
Di tahap ini, sistem yang telah dibuat dalam bentuk prototipe di presentasikan pada klien untuk di evaluasi. Selanjutnya klien akan memberikan komentar dan saran terhadap apa yang telah dibuat.
Tahap 5: Refining Prototype (Memperbaiki Prototipe)
Jika klien tidak mempunyai catatan revisi dari prototipe yang dibuat, maka tim bisa lanjut pada tahapan 6, namun jika klien mempunyai catatan untuk perbaikan sistem, maka fase 4-5 akan terus berulang sampai klien setuju dengan sistem yang akan dikembangkan.
Tahap 6: Implement Product and Maintain (Implentasi dan Pemeliharaan)
Pada fase akhir ini, produk akan segera dibuat oleh para programmer berdasarkan prototipe akhir, selanjutnya sistem akan diuji dan diserahkan pada klien. Selanjutnya adalah fase pemeliharaan agar sistem berjalan lancar tanpa kendala.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Prototype
Dalam metode pengembangan sistem jenis Prototype terdapat beberapa kelebihan, diantaranya adalah:
A. Kelebihan Metode Prototype
- Menghemat waktu dan Biaya pengembangan
- Adanya keterlibatan pemilik sistem sehingga kesalahan sistem bisa diminimalisir dari awal proses
- Membantu anggota tim untuk berkomunikasi secara efektif
- Klien memiliki kepuasan tersendiri karena sudah memiliki gambaran dari sistem yang akan dibuat.
- Implementasi atau penggunaan sistem lebih mudah karena klien sudah tahu gambaran sistem sebelumnya
- Kemudahan dalam memperkirakan pengembangan sistem selanjutnya
- Memungkinkan klien untuk mempersiapkan perangkat lunak yang cocok dengan sistem yang akan dibuat.
B. Kekurangan Metode Prototype
- Prototype adalah metode yang menghabiskan banyak waktu jika klien kurang puas ditahapan awal.
- Klien terus menerus menambah requirement dari sistem, pengen dibuatkan yang seperti inilah seperti itulah, sehingga menambah kompleksitas pembuatan sistem.
- Sistem akan terhambat jika komunikasi kedua belah pihak tidak berjalan secara efektif.
Demikian artikel singkat mengenai teknik pengembangan perangkat lunak model prototype. Jangan lupa untuk membaca artikel tentang metode waterfall dan juga SDLC dalam artikel yang telah kami tulis sebelumnya. #Terimakasih
mantap