Permainan Tradisional Sunda – Di daerah Jawa Barat banyak sekali kumpulan permainan tradisional sunda yang sering dimainkan anak-anak di pekarangan rumah, lapangan atau lahan-lahan kosong yang dulu masih banyak dijumpai sekalipun di daerah perkotaan, sebelum era gadget datang, anak-anak lebih sering keluar rumah, berkumpul bersama teman-temannya memainkan permainan yang berbeda dari satu hari ke hari lainnya.
Di masa kini beberapa permainan-permainan tradisional sunda (khususnya) hampir punah karena beberapa faktor, selain karena perubahan jaman, perubahan lingkungan juga turut mempengaruhi aktivitas anak-anak kecil di lingkungannya. seperti pembangunan rumah, pertokoan, perumahan yang turut memperkecil area bermain anak-anak.
Daftar Isi Artikel
- Permainan Tradisional Sunda Jawa Barat
- 1. Permainan Tradisional Sunda “Cingciripit”
- Lirik Lagu Cingciripit:
- 2. Permainan Tradisional Oray – Orayan
- 3. Permainan Boy Boyan / Boi-Boian
- 4. Permainan Galah Asin
- 5. Permainan Tradisional Gatrik
- 6. Permainan Sunda Bébéntengan
- 7. Permainan Anak Sunda “Anjang-Anjangan”
- 8. Permainan Ucing Sumput
- 9. Permainan Hahayaman
- 10. Permainan Ucing -Ucingan
- 11. Permainan Tradisional Congklak
- 12. Permainan Sunda Engklek
- 13.Permainan Tradisional Jawa Barat “Ucing Béling”
- 14. Permainan Tradisional “Endog – Endogan”
- 15. Permainan Ucing Béndrong atau Bancakan
- 16. Ucang – Ucang Anggé
- 17. Pérépét Jengkol
- Permainan Tradisional Sunda Lainnya
- 18. Sorodot Gaplok
- 19. Paciwit-Ciwit Lutung
- 20. Békleh
- 21. Ningnang
- 22. Egrang
- 23. Ucing Kuriling
- 24. Tokecang
- 25. Pepeletokan
- 26. Encrak
- 27. Sermén
- 28. Sutén
- 29. Sasalimpetan
- 30. Pélak cau
- 31. Ole-Ole Ogong
- 32. Ngadu Kaléci
- 33. Meuncit Reungit
- 34. Luncat Tali
- 35. Jajangkungan
- 36. Ngajajar Tilu / Jarlu
- 37. Gugunungan
- 38. Béklén
- 39. Ayang – Ayang Gung,
- 40. Maén Bandring dan Maén Panggal,
- 41.. Bolu bogem
- 42. Ambil-ambilan
- 43. Ucing Pengpeun
- 44. Cingcangkeling
- 45. Gegelebusan
- 46. Ucing Pegat
- 47. Galah Bandung
- 48. Galah Burulu dan sebagainya.
- ARTIKEL LAINNYA
Permainan Tradisional Sunda Jawa Barat
Permainan tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya suatu bangsa. Di antara beragam kebudayaan yang dimiliki Indonesia, keunikan permainan tradisional yang dimainkan oleh masyarakat Sunda telah menjadi warisan berharga yang perlu dilestarikan. Dalam kehidupan sehari-hari, permainan-permainan ini bukan hanya menyajikan kesenangan semata, namun juga mengandung nilai-nilai budaya, kearifan lokal, dan kesatuan sosial yang tak ternilai.
Masyarakat Sunda, dengan kekayaan budaya dan tradisi yang khas, telah merawat warisan permainan tradisional yang telah ada sejak zaman dahulu kala. Perpaduan antara nilai-nilai kebersamaan, kecerdasan, serta kekreatifan terwujud dalam ragam permainan yang dimainkan oleh orang Sunda. Dari permainan yang mengasah ketangkasan fisik hingga yang membutuhkan strategi pikiran, setiap permainan mempunyai cerita dan keunikan tersendiri yang mencerminkan kearifan lokal serta sejarah yang terkandung di dalamnya.
Berikut beberapa permainan tradisional sunda dan cara memainkannya yang harus kamu kenalkan kembali kepada anak-anak disekitarmu, permainan-permainan tradisional ini bermanfaat sebagai media bersosialisasi, mengasah kecerdasan motorik, melatih kerja sama tim, hiburan dan menjaga kesehatan anak.
Permainan tradisional ini juga mungkin ada juga di suku lain, namun dengan cara dan nama permainan yang berbeda, begitupun di daerah satu dan daerah lainnya di Jawa Barat, nama dan cara bermainnya kadang berbeda pula.
Berikut daftar Permainan Tradisional yang biasa dimainkan oleh anak-anak Sunda.
1. Permainan Tradisional Sunda “Cingciripit”
Cingciripit ini biasanya dilakukan oleh-anak-anak sebelum memulai permainan untuk menentukan urutan dalam bermain atau menentukan siapa yang menjadi eméng (kucing).
Cara melakukan cingciripit: Anak-anak berkumpul membentuk lingkaran, kemudian salah seorang diantara mereka (biasanya) orang yang ‘dituakan’ dalam kelompok membuka telapak tangan, kemudian satu persatu anak meletakan jarinya di tangan tersebut, mereka akan ngawih (bernyanyi) bersama dengan syair.
Lirik Lagu Cingciripit:
Cing ciripit satulang sabawang,
Saha nu kajepit tunggu lawang.
atau ..
Cing ciripit Tulang bajing kacapit
Kacapit ku bulu paré
Bulu paré sesekeutna
Jol pa dalang mawa wayang
Jrék-jrék nong, Jrék-jrék nong.
Ketika lagu hampir berakhir, pemain bersiap-siap untuk mengangkat jarinya, karena bila jari tertangkap oleh tangan si pemimpin tadi maka dia kalah dan menjadi eméng atau kucing.
2. Permainan Tradisional Oray – Orayan
Permainan Oray-orayan (ular-ularan) adalah permainan yang riang dan memadukan unsur gerakan dan suara, permainan tradisional sunda ini biasa dimainkan oleh banyak anak.
Cara Memainkan Permainan Oray-orayan; Dua orang anak saling berpegangan tangan membentuk seperti gerbang, dua orang tersebut memilih akan menjadi “bulan” atau “bintang”. (dirahasiakan dari pemain lain.)
Kemudian pemain lain berbaris beruntun sambil memegang pundak orang di depannya dan maju melewati gerbang tadi. Orang paling depan disebut hulu (kepala) dan yang paling belakang disebut buntut (ekor). setiap pemain mengikuti langkah dari si hulu ular sambil bernyayi bersama dengan syair.
Lirik Lagu Oray-Orayan:
Oray orayan, luar léor mapay sawah,
Entong ka sawah, Paréna keur sedeng beukah.
Orang-orayan
Luar-léor mapay kebon
Entong ka kebon, di kebon loba nu ngangon.
Mending gé ka leuwi, di leuwi loba nu mandi
Saha anu mandi
Anu mandina pandeuri.
Oray-orayan
Oray naon? Oray Bungka
Bungka naon? bungka laut
Laut naon? Laut dipa
Dipa naon? Dipandeuri riririri … Jleepp (bulan dan bintang menangkap mangsanya)
Ketika berada di ujung lagi, pada syair “riririririri …. “ kedua pemain yang menjadi gerbang tadi akan menurunkan tangannya dan menangkap seorang pemain, setelah tertangkap pemain harus memilih bulan atau bintang, bila si pemain misalnya memilih bulan, dia akan berdiri di belakang bulan, pun sebaliknya.
Permainan dilanjutkan sampai semua pemain tertangkap, nantinya akan membentuk tim bulan dan tim bintang yang akan beradu kekuatan dengan saling tarik menarik tangan (seperti tarik tambang)
Versi lain dari cara memainkan permainan oray-orayan adalah pemain paling depan harus menangkap pemain paling belakang, dan pemain lain akan menghalang-halangi kepala ular agar tidak menyentuh anak paling belakang tersebut.
3. Permainan Boy Boyan / Boi-Boian
Permainan boy-boyan atau boi-boian biasanya menggunakan bola kasti atau kertas yang dibentuk menyerupai bola dan pecahan genteng kecil (9-15 buah), permainan ini di mainkan oleh dua tim.
Cara memainkan permainan boy-boyan, pertama genteng-genteng kecil ditumpuk keatas, satu tim berperan sebagai pelempar (A) dan satu tim sebagai penjaga (B).
Satu persatu pemain dari tim A mengarahkan bola dari jarak yang telah disepakati untuk merumpuhkan tumpukan genteng.
Bila pemain tim A berhasil meruntuhkan genteng tadi, maka tim penjaga harus mengejar dan mengarahkan bola ke badan salah seorang pemain dari tim A.
Sedangkan tugas dari semua pemain tim pelempar adalah berlari menghindari kejaran bola dan mengatur strategi untuk kembali menumpukan genteng yang runtuh tadi.
Bila genteng berhasil disusun, biasanya pemain yang berhasil menyusun genteng akan berteriak “BOOY” dan skor 1-0 untuk tim pelempar. Kemudian permainan dilanjutkan seperti awal.
Permainan tradisional boy-boyan bermanfaat untuk melatih kerjasama tim, kecepatan dan kelincahan.
4. Permainan Galah Asin
Permainan Galah asin biasa dimainkan dihalaman luas, dengan membuat garis-garis seperti yang tertera dalam gambar diatas pemain harus berlari tanpa tersentuh oleh pemain lawan.
Cara memainkan permainan galah asin; Pemain dibagi menjadi dua tim, satu tim yang biasanya terdiri dari 3-7 (ganjil) berdiri sejajar sesuai garis (kanan-kiri) dengan satu orang melintang dari garis depan sampai belakang.
Sedangkan tim lainnya berlari masuk ke dalam arena permainan sambil menghindari kejaran dan sentuhan tangan dari pemain lawan, permainan ini mengandalkan kecepatan dan kelincahan pemain.
Bila salah satu pemain terkena sentuhan dari pemain penjaga, maka permainan berakhir dan kedua tim berganti giliran.
5. Permainan Tradisional Gatrik
Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan kayu atau bambu berukuran sekitar 30 cm dan yang satunya berukuran lebih kecil. potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu lalu dipukul oleh tongkat bambu sampai bambu itu melayang sejauh mungkin dan tidak dapat ditangkap oleh tim lain yang berjaga.
6. Permainan Sunda Bébéntengan
Dibutuhkan kecepatan, ketangkasan dan strategi yang baik untuk memainkan permainan berkelompok ini. setiap pemain harus menghindari kejaran lawan, berlari dan saling berkomunikasi untuk menangkap lawan, menyerang dan merebut benteng lawan.
Kedua tim menentukan media yang akan menjadi benteng bisa berupa pohon, tiang ataupun batu bata sesuai dengan kesepakatan dua tim. pemenang ditentukan oleh tim yang paling banyak menyentuh benteng lawan,
ketika menyentuh benteng lawan biasanya pemain akan berteriak “BENTEEENG”. dan kemudian skor akan menjadi 1-0.
7. Permainan Anak Sunda “Anjang-Anjangan”
Permainan anjang-anjangan adalah permainan anak-anak sunda yang meniru seolah-olah mereka sudah berumah tangga. biasanya dilakukan oleh perempuan tapi kadang anak laki-laki pun sering ikut memainkannya.
Ada yang berperan sebagai Ayah, Ibu, anak, tetangga, tukang dagang, dokter dan lain sebagainya dalam permainan ini, mereka harus menghayati peran masing-masing. Kadang ada juga anak yang menjadi ‘sutradara’ dalam permainan ini. Dia mengatur skenario permainan ini agar tetap ramai.
Permainan ini adalah permainan anak perempuan favorit di jaman dahulu selain permainan anak BP-BP an.
8. Permainan Ucing Sumput
Permainan ucing sumput bahasa Indonesia disebut permainan petak umpet ini, hampir semua orang saya yakin tahu dan pernah memainkan permainan jadul ini.
9. Permainan Hahayaman
Dalam permainan hahayaman salah seorang akan bertindak sebagai hayam (ayam) dan seorang menjadi careuh (musang), musang akan mengejar ayam sampai tertangkap.
Permainan ini biasanya dimainkan beramai-ramai, pemain lain selain ayam dan musang akan membuat lingkaran yang berfungsi sebagai kandang atau tempat perlindungan ayam. jika ayam masuk kedalam kandang maka pemain yang membuat lingkaran harus cepat menurunkan pegangan tangannya untuk menutup kandang.
Permainan selesai kalau ayam tertangkap atau musang menyerah tidak dapat menangkap ayam. dan dilanjutkan dengan mengundi permain baru.
10. Permainan Ucing -Ucingan
Biasa juga disebut permainan emeng-emengan atau ada yang menyebutnya juga ucing udag, permainan anak ini dimainkan lebih dari dua orang.
Diawali oleh cingciripit, suit atau hompimpah untuk menentukan kucing, setelah itu si kucing akan berlari mengejar dan menyentuh badan lawan.
Biasanya pemain yang sudah tersentuh kucing akan otomatis menjadi kucing sementara pemain yang sebelumnya akan terbebas dari tugasnya menjadi kucing
Dalam versi lain, bila pemain terkena sentuhan kucing, maka dia akan menjadi teman si kucing tersebut dan membantu mengejar pemain lain sampai habis dan kemudian permainan di mulai lagi dari awal.
Banyak sekali jenis Permainan Ucing-Ucingan di masyarakat sunda, diantaranya; ucing sumput, ucing tihang, ucing sarung, ucing babet, ucing kup, ucing bol dan ucing nagog.
11. Permainan Tradisional Congklak
Biasanya dimainkan oleh perempuan, permainan ini tidak membutuhkan pemain yang banyak, hanya dua orang saja, dengan menggunakan alat yang biasanya terbuat dari plastik, tanah atau papan kayu yang dibentuk dengan 7X2 lobang sejajar dengan dua lobang yang lebih besar di kedua sisinya.
Untuk mengisi lobang tersebut, biasanya pemain menggunakan biji asam, karet, batu-batu kecil atau biji congklak (yang sudah disediakan).
12. Permainan Sunda Engklek
Permainan ini menggunakan media keramik kecil dan gambar berupa petak-petak yang berbeda-beda bentuknya, pemain akan meloncat-loncat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
13.Permainan Tradisional Jawa Barat “Ucing Béling”
Menggunakan media pecahan beling/kaca yang ditumbuk menjadi kecil, cara memainkan permainan ucing beling adalah semua pemain membuat pecahan kaca kecil dan kemudian membuat garis bulat di tanah, ukuran bulatan garis disesuaikan dengan pemain.
Dengan melakukan cingciripit, hompimpah atau suten (suit) pemain menentukan siapa yang menjadi kucing.
Kucing akan menghitung angka (biasanya) 1-10, sementara pemain lain menyembunyikan pecahan beling di area garis bulat tadi dan menyamarkannya agar tidak terlihat oleh si kucing yang nanti akan mencarinya.
14. Permainan Tradisional “Endog – Endogan”
Tak ada yang menjadi kucing dalam permainan sunda dengan lagu dan tangan sebagai media bermainnya ini. cara memainkannya yaitu tangan ditumpuk mengepal menyerupai telur, kemudian pemain yang minimal terdiri 2 orang bernyanyi bersama.
Endog–endogan peupeus hiji pre. Endog–endogan peupeus hiji pre.
Endog–endogan peupeus hiji pre. Endog–endogan peupeus hiji pre.
Ketika sampai di syair “pree” tangan yang tadinya dikepal di tembrakan dari yang paling bawah, setelah semua tangan tidak ada yang mengepal, kemudian anak-anak melanjutkan nyanyian lagi dengan syair;
“Goleang-goleang mata sapi Bolotot. “
Biasanya anak-anak menanyikan lirik terakhir sambil memegang dan membelalakan matanya.
15. Permainan Ucing Béndrong atau Bancakan
Aturan permainan ini sama dengan permainan ucing sumput (petak umpet), hanya saja permainan ini menggunakan tumpukan bata atau batu sebagai media bermainnya.
Cara melakukan permainan ini, 8-12 batu/batu bata ditumpuk keatas, kemudian pemain melakukan pengundian urutan melempar dengan hompimpah atau cingciripit, setelah itu berjejer sesuai urutan dan dengan jarak yang disepakati bersama.
Satu persatu pemain melemparkan batu atau batu bata ke arah tumpukan tadi, bila pemain dengan urutan melempar 1 berhasil meruntuhkan batu bata, maka pemain urutan 2 menjadi ‘kucing’. dia harus cepat-cepat menumpukan bata yang runtuh tadi sementara pemain lain berlari untuk bersembunyi.
Setelah batu berhasil disusun, si ‘kucing’ harus mencari pemain yang bersembunyi, ketika dia menemukan si Asep (contohnya), maka si Kucing akan berteriak “hong Asep” kemudian berlari menuju tumpukan batu dan menempelkan tangannya di batu paling atas.
Ketika si kucing sedang mencari pemain yang bersembunyi, si pemain lain dapat mengintai dari tempat persembunyian dan menunggu kucing lengah dan jauh dari tumpukan bata, kemudian berlari dan meruntuhkan bata.
Bila bata runtuh sebelum pemain yang bersembunyi kena semua, maka permainan dimulai lagi dari awal, si kucing tetap menjadi kucing, dan semua pemain bersembunyi lagi meskipun sudah ditemukan sebelumnya.
16. Ucang – Ucang Anggé
Permainan tradisional sunda ini dilakukan Orang Tua pada saat mengasuh anaknya, biasanya sang anak duduk di punggung kaki dan diayunkan ke depan dan belakang sambil menyanyikan ;
“Ucang-ucang anggé, Mulung muncang ka papanggé,
Diudah ku anjing gedé, anjing gedé nu ki lebé,
Ari gog..gog cungunguuung …. “
Permainan ini dimainkan orang tua pada anaknya ketika sang anak menangis atau sekedar memberikan hiburan untuk putra-putri kesayangannya.
17. Pérépét Jengkol
Pérépét Jengkol adalah salah satu permainan tradisional yang berasal dari budaya Sunda di Indonesia. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan biji jengkol yang diletakkan di atas permukaan tanah atau platform yang rata. Para pemain kemudian menggunakan potongan kayu atau batu kecil untuk melempar biji jengkol tersebut.
Tujuan utama dari permainan Pérépét Jengkol adalah untuk melemparkan potongan kayu atau batu kecil sedemikian rupa sehingga biji jengkol yang ada di permukaan tersebut terlempar ke udara. Setelah biji jengkol terlempar, para pemain harus secepat mungkin menangkap biji tersebut sebelum biji tersebut jatuh kembali ke permukaan.
Permainan ini membutuhkan keterampilan dalam melempar dan menangkap biji jengkol dengan cepat serta kecepatan reaksi yang baik. Selain itu, Pérépét Jengkol juga menjadi ajang interaksi sosial antar pemain yang dapat meningkatkan kerjasama tim dan persaingan yang sehat.
Meskipun tidak sepopuler beberapa permainan tradisional lainnya, Pérépét Jengkol tetap menjadi bagian dari warisan budaya Sunda yang menarik dan menunjukkan kekayaan budaya serta kecerdasan dalam pengembangan permainan tradisional di Indonesia.
Permainan Tradisional Sunda Lainnya
Selain permainan yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa permainan tradisional sunda lain yang dulu sering dimainkan oleh anak-anak sunda , diantaranya;
18. Sorodot Gaplok
19. Paciwit-Ciwit Lutung
Paciwit-Ciwit Lutung atau sering disebut juga sebagai “Paciwit” atau “Ciwit Lutung” adalah salah satu permainan tradisional yang populer di kalangan anak-anak di Indonesia, terutama di daerah Jawa Barat, termasuk suku Sunda. Permainan ini melibatkan sekelompok anak yang berlomba-lomba mengejar pemain yang bertindak sebagai “Lutung” atau monyet.
Cara bermainnya cukup sederhana. Sebelum permainan dimulai, seorang pemain akan ditunjuk sebagai “Lutung” atau monyet. Pemain yang menjadi “Lutung” ini akan berlari-larian sambil memegang sebuah kain panjang yang diikatkan pada pinggangnya. Sementara itu, pemain lainnya akan berusaha mengejar “Lutung” tersebut.
Tantangannya terletak pada kelincahan “Lutung” dalam mengelabui pemain lain dengan bergerak cepat dan mengubah arah, sambil mempertahankan kain yang dipegangnya. Pemain yang berhasil menangkap atau menyentuh kain yang dipegang oleh “Lutung” akan menjadi “Lutung” berikutnya dalam putaran selanjutnya.
20. Békleh
21. Ningnang
22. Egrang
Egrang merupakan salah satu permainan tradisional yang populer di Indonesia, termasuk di kalangan masyarakat Sunda. Permainan ini melibatkan seorang pemain yang berdiri atau melangkah di atas alat yang disebut “egrang,” yang terbuat dari dua potongan kayu besar yang diikatkan pada dua batang bambu yang panjangnya disesuaikan agar bisa diinjak oleh pemain.
Pemain harus menjaga keseimbangan di atas egrang sambil melangkah atau berjalan. Egrang memerlukan keterampilan keseimbangan yang baik karena dua kayu besar tersebut memungkinkan pemain untuk melangkah maju dengan cara menekuk kaki untuk menjaga keseimbangan. Tujuannya adalah untuk berjalan atau melompat sejauh mungkin tanpa terjatuh dari egrang.
Selain menjadi permainan yang menyenangkan, Egrang juga memiliki nilai-nilai budaya dan keterampilan yang terkandung di dalamnya. Permainan ini sering dimainkan dalam acara tradisional, festival budaya, atau bahkan sebagai bagian dari kompetisi di tingkat lokal maupun nasional.
23. Ucing Kuriling
Ucing Kuriling” merupakan permainan tradisional anak-anak yang populer di Indonesia, terutama di daerah Jawa Barat dan Sunda. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di halaman atau area terbuka dengan berbagai tingkat kesulitan sesuai dengan usia dan kemampuan anak-anak yang bermain.
Cara bermain Ucing Kuriling cukup sederhana. Anak-anak berkumpul dan membentuk lingkaran. Salah satu pemain akan menjadi ‘ucing’ (kucing) sementara yang lainnya akan berperan sebagai ‘tikus’. Pemain yang menjadi ‘ucing’ akan berusaha menangkap atau menyentuh pemain lain yang berperan sebagai ‘tikus’. Sementara itu, pemain yang berperan sebagai ‘tikus’ harus bergerak cepat dan mengelak dari ‘ucing’ agar tidak tertangkap.
Ada beberapa variasi aturan dalam permainan ini. Beberapa anak mungkin menambahkan aturan bahwa ‘tikus’ yang berhasil ditangkap oleh ‘ucing’ akan menjadi ‘ucing’ selanjutnya, atau terdapat batasan waktu tertentu bagi ‘tikus’ untuk bertahan dari ‘ucing’.
24. Tokecang
khususnya di daerah Jawa Barat, Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak dan terkadang oleh remaja atau dewasa dalam acara-acara tradisional atau sebagai hiburan di lingkungan masyarakat.
Tokecang merupakan permainan yang melibatkan kesenian musik, biasanya dengan menggunakan alat musik tradisional seperti angklung atau kecrek. Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang tersusun dalam beberapa ukuran dan dipukul untuk menghasilkan bunyi. Kecrek adalah jenis rebana atau gendang kecil yang juga dimainkan dengan cara dipukul.
Pada dasarnya, dalam permainan Tokecang, para pemain akan membentuk sebuah lingkaran dan memainkan alat musik tersebut sambil bernyanyi. Mereka biasanya menyanyikan lagu yang memiliki lirik yang menghibur dan bersifat lucu. Di tengah lingkaran, satu orang atau beberapa orang akan menari dengan gerakan yang kocak atau lucu sesuai dengan irama dan lagu yang dimainkan.
25. Pepeletokan
26. Encrak
27. Sermén
28. Sutén
29. Sasalimpetan
30. Pélak cau
Pélak Cau merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari budaya Sunda di Indonesia. Permainan ini juga dikenal dengan sebutan “Cau Pelak” atau “Lakcawan”. Pélak Cau adalah permainan yang melibatkan keterampilan dalam melempar dan menangkap sebuah objek yang berbentuk seperti bola, tetapi terbuat dari bahan yang ringan, seringkali dari kain yang dijalin menjadi bola kecil.
Cara bermain Pélak Cau cukup sederhana. Sebuah bola ringan dilemparkan dari satu pemain ke pemain lainnya, dan para pemain bertugas untuk menangkap bola tersebut dengan tangan mereka. Tujuan utama dari permainan ini adalah untuk menjaga bola tetap berada di udara, mencegah bola jatuh ke tanah, dan meneruskannya kepada pemain lain dengan cara menangkap dan melemparkan kembali.
Pélak Cau bukan hanya permainan yang menghibur, tetapi juga membutuhkan keterampilan koordinasi mata dan tangan yang baik. Permainan ini sering dimainkan oleh anak-anak di lingkungan perkampungan atau sebagai hiburan di acara tradisional seperti perayaan atau festival.
31. Ole-Ole Ogong
32. Ngadu Kaléci
“Ngadu Kaléci” atau “Ngadu Kelereng” adalah permainan tradisional yang populer di Indonesia, terutama dimainkan oleh anak-anak. Permainan ini melibatkan kelereng (biasanya kelereng kaca) sebagai benda yang digunakan untuk dimainkan.
Cara bermainnya sederhana: para pemain duduk mengelilingi lingkaran atau area tertentu dengan kelereng-kelereng mereka. Mereka kemudian saling melemparkan kelereng mereka ke tengah lingkaran. Tujuannya adalah untuk mencoba memecahkan kelereng lawan dengan melemparkan kelerengnya sehingga kelereng lawan terpental atau terkena lemparan kelereng dari pemain lainnya.
Pemain yang berhasil memecahkan kelereng lawan dapat memenangkan kelereng yang pecah tersebut. Permainan ini tidak hanya menguji keterampilan dalam melempar kelereng, tetapi juga membutuhkan strategi dan ketepatan dalam mengarahkan lemparan untuk mencapai kelereng lawan.
Ngadu Kaléci merupakan permainan yang sangat populer di masa lalu di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak. Meskipun mungkin tidak sepopuler beberapa dekade yang lalu, permainan ini masih dimainkan di beberapa daerah dan seringkali menjadi bagian dari kegiatan tradisional di sekolah atau acara komunitas untuk melestarikan permainan tradisional.
33. Meuncit Reungit
34. Luncat Tali
“Luncat Tali” adalah permainan yang dikenal secara luas di Indonesia dan juga di berbagai negara di seluruh dunia dengan berbagai variasi nama lokal seperti skipping rope atau jump rope dalam bahasa Inggris. Ini adalah permainan yang melibatkan lompat tali dengan menggunakan tali yang dipegang oleh dua orang atau lebih di kedua ujungnya, sementara pemain lainnya melompati tali tersebut saat diputar.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak dan dapat diadaptasi dalam berbagai variasi. Mulai dari lompatan sederhana, seperti melompati tali dengan kedua kaki sekaligus, hingga gerakan yang lebih kompleks dengan variasi kecepatan, melompat satu kaki, melompat mundur, atau melompat dengan pola tertentu.
Luncat Tali bukan hanya permainan yang menyenangkan, tetapi juga membantu dalam pengembangan keterampilan motorik, koordinasi, ketangkasan, dan juga stamina. Selain itu, permainan ini juga dapat dimainkan secara individu atau dalam kelompok, sehingga mempromosikan interaksi sosial dan kerjasama antara pemain.
35. Jajangkungan
Jajangkungan adalah salah satu permainan tradisional yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan di area yang luas, seperti lapangan atau tempat terbuka lainnya.
Cara bermain Jajangkungan melibatkan sekelompok anak atau pemain yang berdiri dalam lingkaran, sementara satu atau lebih pemain di tengah lingkaran bertindak sebagai ‘penjaga’. Penjaga atau pemain di tengah lingkaran akan mencoba menjatuhkan atau menangkap pemain lain yang berada di luar lingkaran.
Sementara itu, para pemain yang berada di luar lingkaran berusaha untuk melewati tengah lingkaran tanpa tertangkap oleh penjaga. Mereka berlari dan berputar mengelilingi lingkaran dengan tujuan untuk tidak tertangkap.
Permainan Jajangkungan melibatkan kecepatan, kelincahan, dan strategi dalam mengelabui penjaga agar berhasil melewati lingkaran tanpa tertangkap. Selain sebagai hiburan, permainan ini juga membantu dalam pengembangan keterampilan motorik serta promosi interaksi sosial dan kerjasama di antara pemain.
Permainan ini sering dimainkan di lingkungan masyarakat atau bahkan di sekolah sebagai bagian dari kegiatan rekreasi dan olahraga tradisional, memperkaya ragam permainan yang diwarisi dari generasi ke generasi.
36. Ngajajar Tilu / Jarlu
Ngajajar Tilu atau Jarlu merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari budaya Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di lingkungan pedesaan atau perkotaan yang masih melestarikan tradisi-tradisi budaya lokal.
Dalam permainan Ngajajar Tilu, ada tiga orang atau lebih yang membentuk tim. Setiap tim terdiri dari tiga peran, yaitu “Ngonjong,” “Ngaleutik,” dan “Gegelang.” Ngonjong adalah penjaga yang berdiri di tengah, sedangkan Ngaleutik dan Gegelang adalah pemain yang berada di depan dan belakang Ngonjong.
Pada awal permainan, Ngaleutik dan Gegelang berusaha untuk mendekati atau melewati Ngonjong tanpa disentuh oleh Ngonjong. Ngonjong berusaha untuk menangkap salah satu dari mereka. Jika salah satu pemain terkena sentuhan atau disentuh oleh Ngonjong, maka peran mereka akan berganti.
Kecepatan, kelincahan, serta strategi dalam menghindari penjaga (Ngonjong) merupakan kunci utama dalam permainan ini. Ngajajar Tilu tidak hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga mengajarkan keterampilan koordinasi, reaksi cepat, serta membangun kerjasama tim di antara pemain.
37. Gugunungan
38. Béklén
Béklén atau terkadang dieja sebagai “Béklèn” adalah permainan tradisional yang berasal dari Indonesia, khususnya dari budaya Sunda di Jawa Barat. Permainan ini melibatkan sebuah benda bulat yang digulung menggunakan kain atau benang yang ditarik untuk membentuk pola tertentu.
Cara bermain Béklén cukup sederhana. Pemain akan melempar benda bulat tersebut ke udara dan kemudian menangkapnya kembali dengan mengikuti pola yang telah ditentukan, seringkali dengan menggunakan kain atau benang yang dijalin sedemikian rupa. Pola yang dibentuk oleh kain atau benang tersebut dapat bervariasi, dan ada berbagai variasi gerakan yang harus diikuti oleh pemain ketika menangkap kembali benda bulat itu.
39. Ayang – Ayang Gung,
40. Maén Bandring dan Maén Panggal,
“Maén Bandring” dan “Maén Panggal” adalah dua permainan tradisional dari budaya Sunda di Jawa Barat, Indonesia.
- Maén Bandring: Permainan ini melibatkan sebuah cincin kecil yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang dapat digulung dengan menggunakan alat yang disebut “karembong”. Karembong adalah semacam pemukul yang biasanya terbuat dari bambu. Cara memainkannya adalah dengan memukul atau menendang cincin tersebut dengan karembong sehingga cincin tersebut dapat berputar di udara. Tujuan utamanya adalah mempertahankan agar cincin tersebut tetap berputar dalam waktu yang lama dengan menggunakan karembong.
- Maén Panggal: Permainan ini juga menggunakan sebuah cincin atau roda kecil yang diputar dengan menggunakan alat yang berbeda, yakni sebuah benang panjang yang dipegang pada kedua ujungnya. Cara memainkannya adalah dengan merentangkan benang tersebut sambil memutar cincin di sepanjang benang yang tegang. Pemain kemudian berusaha untuk mempertahankan agar cincin tersebut tetap berputar di sepanjang benang tanpa terlepas.
Kedua permainan tersebut menampilkan keterampilan dalam memutar atau menggerakkan cincin dengan alat yang berbeda-beda. Mereka membutuhkan ketangkasan dan koordinasi mata dan tangan yang baik untuk dapat mengendalikan gerakan cincin tersebut sesuai dengan aturan yang ada.
41.. Bolu bogem
42. Ambil-ambilan
“Ambil-ambilan” adalah permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak di Indonesia. Permainan ini melibatkan sebuah objek yang disebut sebagai “ambil-ambilan” yang biasanya merupakan barang atau mainan kecil yang harus diambil oleh peserta tanpa terlihat oleh pemiliknya.
Cara bermainnya adalah dengan menentukan seorang “pemilik” dari objek yang disebut “ambil-ambilan”. Pemilik ini akan duduk di tengah lingkaran dan meletakkan “ambil-ambilan” di depan atau di belakangnya. Sementara itu, peserta lain duduk di sekeliling pemilik, dan mereka akan mencoba untuk mengambil objek tersebut tanpa dilihat oleh pemiliknya.
Tujuan dari permainan ini adalah agar peserta bisa mengambil objek tersebut tanpa ketahuan oleh pemiliknya. Jika pemilik berhasil mengetahui siapa yang mencoba mengambil objeknya, orang tersebut akan berganti peran menjadi pemilik atau bisa diberi tugas tertentu.
43. Ucing Pengpeun
44. Cingcangkeling
45. Gegelebusan
46. Ucing Pegat
Ucing Pegat merupakan sebuah permainan tradisional yang populer di Indonesia, terutama di Jawa Barat. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di lingkungan pedesaan atau perkotaan yang masih mempertahankan tradisi permainan tradisional.
Cara bermainnya adalah dengan mengikatkan seutas tali pada kedua kaki belakang seseorang sehingga ia “terikat” atau “pegat”. Peserta yang terikat tali tersebut akan berjalan dengan kaki yang terikat, sementara pemain lain berusaha untuk menjatuhkan mereka dengan cara menendang atau mengganggu keseimbangan mereka.
Peserta yang terikat tali harus berusaha menjaga keseimbangan dan menghindari upaya pemain lain agar mereka tidak jatuh. Biasanya, permainan ini dilakukan di area yang cukup luas dan aman untuk berjalan atau berlari, sehingga peserta yang “pegat” dapat bergerak dengan leluasa dan aman.
Ucing Pegat adalah permainan yang menguji kelincahan, keterampilan dalam menjaga keseimbangan, serta kecepatan dalam menghindari serangan dari pemain lain. Meskipun sederhana, permainan ini sering kali menjadi kesenangan tersendiri bagi anak-anak di lingkungan tersebut.
47. Galah Bandung
Galah Bandung adalah sebuah permainan tradisional yang populer di kalangan anak-anak di Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Permainan ini melibatkan sebuah batang bambu yang disebut sebagai “galah” yang biasanya memiliki panjang tertentu dan diletakkan di tanah.
Cara bermain Galah Bandung cukup sederhana. Para pemain akan berusaha untuk melompati galah tersebut dengan teknik loncat atau melompat dengan kaki terbuka melewati galah yang diletakkan di tanah. Selain melompati, ada variasi gerakan yang bisa dilakukan, seperti melompati galah dengan kaki tertentu, misalnya hanya dengan satu kaki, atau dengan variasi gerakan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.
Tantangan utama dari permainan ini adalah melompati galah dengan ketinggian yang semakin meningkat setiap putaran. Permainan ini menguji kecepatan, kelincahan, serta koordinasi gerak dalam melompati galah yang semakin tinggi.
Galah Bandung bukan hanya permainan yang menghibur, tetapi juga membantu dalam pengembangan keterampilan motorik dan kebugaran fisik. Permainan ini sering dimainkan di lingkungan sekolah, tempat-tempat rekreasi, atau bahkan di lingkungan rumah sebagai bagian dari kegiatan olahraga dan rekreasi anak-anak.
48. Galah Burulu dan sebagainya.
Permainan tradisional Sunda di Jawa Barat memiliki keunikan budaya yang beragam, menghadirkan ragam permainan dari Cingciripit hingga Luncat Tali. Meskipun terancam punah karena era teknologi dan perubahan lingkungan, permainan-permainan ini memegang nilai budaya, mengajarkan kerjasama, serta meningkatkan keterampilan motorik anak-anak. Diperlukan upaya bersama dalam melestarikan dan mengenalkan kembali permainan tradisional ini kepada generasi muda untuk mempertahankan warisan berharga dari kekayaan budaya Sunda.
Masih banyak Permainan tradisional Jawa Barat lain di daerah Jawa barat yang kadang anak sekarang tidak tahu bagaimana cara memainkannya, bahkan, namanya pun mungkin baru mereka dengar.
Ya, semoga saja permainan- permainan tradisional di sunda dan di Indonesia (umumnya) tetap lestari, terus terpelihara dan tetap menjadi pilihan permainan anak-anak bangsa Indonesia.
hatur nuhun artikelna. mangpaat pisan. berkah dunya aherat.
makasii untuk artikelnya.. cukup lengkap 🙂
Hatur nuhun pisan anu nuliskeun
Ieu artikel